Pendidikan Seks Dan Suri Tauladan

1042

Setiap orang tua berhak menentukan cara mendidik anak-anak mereka. Tak terkecuali memberikan pendidikan tentang seks. Pendidikan seks pada dasarnya adalah untuk mempersiapkan dan mengoptimalkan perkembangan mental akan pemahaman tentang diri sendiri. Apa dan bagaimana yang seharusnya dilakukan hingga terbentuk perilaku dan moral yang baik.

Dalam buku Filsafat Ajaran Islam, Hz. Mirza Ghulam Ahmad (Pendiri Ahmadiyah) menjelaskan bahwa manusia berada dalam tiga macam keadaan, yaitu keadaan thabi’i (alami), akhlaki dan rohani. Pada keadaan thabi’i (alami) manusia pada dasarnya memiliki sifat manusiawi yang dapat membawanya kepada kejahatan yang bertentangan dengan kesempurnaannya. Dan sering bertolakbelakang dari keadaan akhlaknya dan lebih cenderung berjalan pada jalan yang tidak baik dan jahat. Bahkan sama seperti sifat-sifat hewan. Mulai dari kebiasaan mereka makan-minum, tidur-bangun, menunjukkan amarah dan naik darah, dan begitu juga kebiasaan-kebiasaan lainnya termasuk nafsu hewani terhadap lawan jenis, manusia ikut kepada dorongan alaminya. Ringkasnya manusia – dalam hal ini seorang anak perlu dibimbing untuk menggunakan akal, pikiran dan hatinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.

Disinilah peran orang tua dituntut membimbing dan mendidik anak-anak untuk mampu menjadi manusia sempurna yang bermoral meskipun memiliki sifat-sifat dan dorongan-dorongan thabi’i (alami). Orang tua harus bijak memilih cara mendidik dengan menyesuaikan kapastias yang ada pada diri anak. Sehingga anak mampu memahami dengan baik bagaimana seharusnya membawa, menempatkan dan melindungi diri di kehidupan sosialnya. Kemampuan mengendalikan diri, memperhatikan timbang rasa, menahan keinginan terhadap hal-hal yang dilarang agama, disadari atau tidak terbentuk dengan baik dalam diri anak. Dari sinilah terbentuk iman yang kuat dan akhlak yang mulia.

Penanaman pendidikan agama sangatlah penting dalam perkembangan seksual anak dalam membentengi diri. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan kuat, serta tidak mudah terjerumus godaan hawa nafsu. Lagi-lagi orang tua dituntut untuk menjadi figur dan suri tauladan bagi anak-anak mereka. Sungguh ironis jika orang tua – khususnya ibu memilih cara yang tidak sepatutnya dalam mendidik anak-anak mereka. Karena mendidik itu adalah mencontohkan, maka orang tua harus menjadi contoh atau figur yang baik yang dapat ditiru anak-anak mereka. Seperti terdapat dalam buku Surga Di Bawah Telapak Kakimu karya Perempuan Ahmadiyah USA, dikatakan bahwa “anak-anak adalah peniru yang hebat, maka berikanlah sesuatu yang hebat untuk mereka tiru”.

Maka dari itu dapat kita pikir bersama, patutkah pendidikan seks ala Yuni Shara? Sebagai manusia yang beriman dan berintelektual sepatutnya kita berada dalam keadaan akhlaki – keadaan dimana manusia enggan serta menyesali bertingkah laku sewenang-wenang dalam memenuhi keinginan-keinginan alaminya, juga selalu berusaha melakukan kebaikan-kebaikan. Dan keadaan rohani – yaitu manusia berada dalam keadaan yang tentram bebas dari kelemahan-kelemahan serta fana terhadap Khaliknya – sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Jika seorang ibu memilih cara menjadi teman dalam mendidik anak mereka, itu sah sah saja. Namun perlu diingat anak adalah cerminan orang tua. Menonton film porno bersama anak yang sudah cukup umur sekalipun dengan alasan apapun tidaklah dapat diterima sama sekali. Karena dalam hal ini tidak ada sedikitpun suri tauladan yang baik. Bahkan sangatlah mungkin anak akan melakukan hal dan cara yang sama terhadap anak-anak mereka kelak. Maka dapat dibayangkan kehancuran moral yang dahsyat pasti terjadi. Secara keadaan thabi’inya, anak akan mengulanginya lagi. Bisa-bisa anak tidak akan merasa malu menyatakan nafsu hewaninya kepada siapapun. Dan kondisi terburuknya adalah anak tidak mengenal batasan-batasan yang benar dan tidak benar.

Orang tua yang seharusnya menjaga anak-anak dari hal-hal buruk, dengan melakukan cara menonton film porno bareng anak – tanpa mereka sadari, mereka sendirilah penjerumus. Mereka dapat juga disebut pelaku pelecehan seksual itu sendiri, yang korbannya adalah anak-anak mereka sendiri. Sangat tidak benar anak atau orang tua sekalipun menonton film porno. Dan memang tidak ada manfaat apapun di dalamnya. Inilah maksud dari keberadaan iman, yaitu untuk menjaga kesucian hati dan pikiran. Coba pikirkan, jika seorang ibu menemani anak-anak mereka menonton film porno dengan dalih memberikan pendidikan seks dan sebagainya, lalu suri tauladan apa yang anak dapatkan dari ibu mereka? Karena sejatinya pendidikan seks itu bertujuan untuk pembentukkan perilaku, akhlak dan moral manusia. Maka dari itu dalam hal ini, suri tauladan yang baik merupakan hal yang sangat penting.


Penulis : Upi Sufiatunisa

Sumber Gambar : Suara.com