Pentingnya Mendirikan Shalat

2579

“Dan dirikanlah shalat sesungguhnya shalat itu mencegah kekejian dan kemungkaran.” (QS. Al-Ankabut [29] ayat 46)

                Mungkin sebagian orang pernah beranggapan bahwa shalat adalah suatu kewajiban yang selalu dikerjakan oleh umat Muslim. Tetapi hal itu adalah hal yang tidak tepat. Hakikatnya, shalat bukanlah suatu kewajiban semata. Tetapi shalat adalah suatu kebutuhan yang bersifat rohani. Sama halnya dengan memakan makanan. Memakan makanan bukanlah suatu kewajiban, tetapi itu adalah suatu kebutuhan yang bersifat jasmani. Kedua jenis kebutuhan ini sama-sama memberikan manfaat bagi kita. Jika makanan yang kita makan akan memberikan gizi dan nutrisi bagi tubuh kita, maka shalat akan memberikan keimanan dan ketakwaan bagi kalbu kita.

                Pertanyaannya, apakah shalat itu penting? Tentu saja. Shalat merupakan tiang agama, dimana seorang Muslim yang giat mendirikan shalat, maka ia bagaikan sebuah pondasi yang akan menegakkan Islam. Shalat juga merupakan amalan yang akan dihisab lebih dahulu oleh Allah Ta’ala. Amalan shalat kita akan mewakili seluruh amalan-amalan kita lainnya. Jika amalan shalat kita bagus, maka amalan lainnya pun akan bagus. Begitu pula pula sebaliknya. Selain itu, shalat adalah sarana bagi kita untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Bayangkan saja, jika kita menganggap sebagai hal yang biasa saja. Bisa saja kita akan jauh dari Allah Ta’ala, atau mungkin kita tidak akan mengenal Allah Ta’ala, na’udzubillah.

                Shalat adalah ibadah yang hukumnya fardhu’ain (wajib) bagi umat Muslim. Barangsiapa yang mendirikan shalat, maka ia akan mendapatkan pahala. Dan barangsiapa yang meninggalkannya, maka dosa akan menghampirinya. Berkenaan dengan hal ini, RasulullahSAW bersabda:

“Perjanjian antara kita dengan mereka (orang kafir) adalah shalat. Maka barangsiapa meninggalkan shalat, maka ia menjadi kafir.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Dari hadits ini, RasulullahSAW menekankan kepada kita selaku umat Muslim untuk senantiasa mendirikan shalat, terutama shalat lima waktu, agar kita tidak termasuk kedalam orang-orang yang telah disebutkan dalam hadits di atas.

Berkenaan dengan shalat lima waktu, Allah Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya shalat itu telah diwajibkan kepada orang-orang mukmin yang waktu-waktunya telah ditetapkan.” (QS. An-Nisa [4] ayat 104)

                Ayat diatas menerangkan bahwa Allah Ta’ala telah menetapkan waktu bagi kita untuk mendirikan shalat. Jadi kita tidak bisa seenaknya saja shalat tanpa melihat waktu yang telah ditetapkan itu. Nah, waktu apa sajakah yang ditetapkan untuk mendirikan shalat?

“Dirikanlah shalat sejak tergelincirnya matahari hingga gelapnya malam . . .” (QS Bani Israil [17] ayat 79)

                Selain dari waktu yang telah ditetapkan, ada pula waktu yang dilarang untuk mendirikan shalat. Waktu-waktu itu antara lain adalah:

  1. Ketika matahari sedang terbit
  2. Ketika matahari tepat diatas kepala atau tepat di tengah hari
  3. Sesudah Ashar hingga matahari terbenam hendaknya jangan shalat nafal
  4. Seusai shalat Shubuh sampai matahari terbit

Terkait dengan pentingnya mendirikan shalat, Allah Ta’ala berfirman:

“Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring. . . .” (QS. Ali Imran [3] ayat 192)

Ayat diatas menerangkan bahwa mereka mengingat Allah Ta’ala dengan cara mendirikan shalat. Pada umumnya, shalat dilakukan dengan cara berdiri. Tetapi bagi mereka yang tidak mampu untuk mendirikan shalat dengan berdiri, Allah Ta’ala telah memberikan keringanan untuk mendirikan shalat dengan cara duduk atau berbaring. Tidak sampai disitu saja. Di tempat lain Allah Ta’ala juga berfirman:

“Dan apabila kamu berpergian di bumi, maka tidaklah berdosa kamu mengqashar shalat. . . .” (QS. An-Nisa [4] ayat 102)

Dari ayat diatas pun kita dapat mengetahui bahwa orang yang sedang dalam perjalanan pun masih diwajibkan untuk mendirikan shalat, dengan diberinya kemudahan yaitu meng-qashar shalat. Jadi, jangan sekalipun kita beranggapan bahwa shalat hanya bisa kita lakukan ketika kita sedang bermukim, dalam kondisi sehat, atau dalam keadaan-keadaan lainnya. Di berbagai tempat dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala memerintahkan kepada kita untuk senantiasa mendirikan shalat dalam situasi dan kondisi apapun.

Dalam suatu riwayat disebutkan, bahwa RasulullahSAW pernah mendirikan shalat bersama para sahabat ketika dalam situasi perang. Waktu itu, beliau mendirikan shalat bersama dengan satu jamaah, sedangkan jamaah yang lainnya berjaga-jaga. Lalu ketika beliau selesai satu rakaat, maka jamaah yang sebelumnya ikut shalat bersama beliau akan mundur ke belakang untuk berjaga, sedangkan jamaah yang sebelumnya berjaga maju ke depan untuk ikut shalat bersama beliau. Shalat itu dikenal dengan shalat khauf.

Khalifah Kelima Jamaah Muslim Ahmadiyah dalam beberapa kesempatan Khutbah Jum’at, beliau selalu menyinggung masalah ini dan menganjurkan agar kita senantiasa mendirikan shalat lima waktu secara dawam. Sebab, jika kita hanya mendirikan shalat satu atau dua waktu saja, maka shalat kita itu tidak akan bermanfaat bagi kita, sekalipun yang melakukannya adalah seorang utusan Allah. Dan beliau juga sangat menekankan agar kita jangan sampai melalaikan shalat, terlebih lagi meninggalkan shalat.

Jadi, sangat penting bagi kita dalam memperhatikan masalah shalat ini. Dengan shalat, Allah Ta’ala akan melimpahkan karunia dan berkah-Nya kepada kita, dan kita pun akan menjadi pondasi yang kokoh dalam menegakkan Islam. Semoga Allah Ta’ala melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kita, agar kita termasuk sebagai hamba-hamba-Nya yang senantiasa mendirikan shalat lima waktu secara dawam. Aamiin.


Oleh: Sandi Ahmad Razi

Sumber Gambar: jambilink.com