Dengan ciri khas wig rambut berwarna merah, pesulap merah beberapa hari lalu sempat menghiasi media sosial karena perseteruannya dengan seorang dukun bernama Gus Samsudin. Pesulap merah yang memiliki nama panggung Marcel Radival ini tengah naik daun karena aksinya membongkar tipuan dan trik sulap seorang oknum dukun. Ia merasa perlu membongkar rahasia trik sulap itu sebab si oknum dukun itu menutupinya dengan menyebutnya sebagai tindakan pengobatan terhadap serangan ilmu hitam (sebut saja santet). Praktik serupa sebenarnya sudah lama sekali terjadi di Indonesia. Masyarakat Indonesia terkenal sangat religius namun entah mengapa begitu percaya dengan model pengobatan semacam itu yang ternyata hanya trik sulap berbalut agama, padahal sebenarnya secara medis tidak terbukti.
Kasus serupa juga terjadi di negara dengan mayoritas agama tertentu, oknum melakukannya dengan mengatasnamakannya sebagai tindakan agamis. Karena itulah, usaha pesulap merah membongkar praktik perdukunan berbaju agama ini patut diapresiasi. Tak mudah memang menembus keyakinan orang selama ini soal perdukunan bahkan dengan membongkar praktik penipuan semacam itu, salah satunya karena hal ini berhubungan dengan periuk nasi sang dukun. Ini menjadi mirip sekali dengan pesulap di acara “Breaking the Magician’s Code” pada salah satu chanel televisi swasta yang sering membongkar rahasia trik-trik para pesulap. Pesulap itu dijuluki “pesulap bertopeng” sedangkan nama aslinya adalah Val Valentino.
Orang-orang yang tidak suka pun mulai mengadakan penentangan baik berupa pengiriman santet dsb. Persatuan Dukun Se-Indonesia berniat melaporkan pesulap merah ke Polres Metro Jakarta Selatan. Tentu dikarenakan trik mereka yang berkedok agama telah terbongkar sehingga sepi peminat. Sama seperti ancaman terhadap Ade Armando dan kawan-kawan yang mencoba membongkar perilaku seseorang yang mengaku ustadz hanya demi nama, citra (image) dan cuan. Mereka memang memiliki massa yang sangat militan dan menganggap bahwa tugas menjaga “ustadz-ustadz” gadungan itu sebagai tugas agama. Sulit sekali menembus tembok tebal di sekeliling mereka, kecuali dengan cara mencerdaskan pemikiran banyak orang supaya ikut melawan.
Ingat dulu kasus Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang dikenal bisa menggandakan uang di tahun 2018? Dimas Kanjeng dulu bahkan sudah dianggap nabi oleh orang-orang yang mengikutinya sebab disebut mampu mengubah rezeki seseorang. Gaya Dimas Kanjeng di media sosial menggandakan uang dengan cara yang mirip sekali dengan pemain sulap itu, membuat banyak orang percaya dan datang kepadanya untuk menggandakan uangnya dengan instan. Bukan hanya yang miskin saja yang datang, bahkan yang sudah kaya pun turut datang juga karena ingin bertambah kaya. Pada akhirnya, kasus Dimas Kanjeng menjadi kasus kriminal, bukan lagi penipuan tapi sudah masuk ke pembunuhan. Ternyata ada beberapa korban yang merasa tertipu dan ingin membongkar praktik itu dibunuh dan jenazahnya pun disembunyikan.
Pesulap merah pun mulai terancam. Foto KTP nya telah tersebar dan membuat data pribadinya diketahui khalayak ramai. Meski bolehjadi pesulap merah tidak akan gentar, tapi dari hal ini kita belajar dan melihat bahwa ancaman terhadap aksi seperti ini tidak main-main. Kasus Ade Armando yang dikeroyok di sebuah aksi demo mengajarkan bahwa kebencian itu bisa menghilangkan rasionalitas. Apalagi ketika kebencian itu berbalut militansi atas nama agama, maka itu bisa menjadi ancaman penghilangan nyawa.
Kasus penipuan oleh oknum dukun terjadi dimana-mana. Menarik sekali apa yang orangtua kita katakana tentang dukun: “Kenapa dukun disebut orang pintar? Karena yang datang kepadanya adalah orang-orang bodoh”. Benar sekali, kita merasakan betapa bodohnya orang yang melihat orang lain hanya berdasarkan penampilannya saja.
Salah satu nilai moral dari sebuah agama adalah akhlak, budi pekerti dan adab dalam bermasyarakat. Agama bukan sekedar tampilan pakaian dan jubah yang seringkali menipu. Sungguh amat buruk kejahatan yang mengatasnamakan Tuhan Sang pencipta alam. Jadilah orang yang jujur. Ingat, ini bukan sulap bukan sihir.
Penulis : Hafiz Abdul Jabbar
Sumber Gambar : Instagram @marcelradhival1
Referensi :