Potensi Homeopati dalam Mengeradikasi Covid-19 (Part 1)

1257

Dua tahun sudah pandemi Covid-19 melanda dunia. Jutaan nyawa melayang dalam laporan kematian, kendati disertai angka kesembuhan dan pemulihan. Upaya menekan pandemi terus dilakukan. Penelitian dan uji klinis obat-obatan serta vaksin terus dikembangkan dan berdinamika seiring waktu berjalan.

            Selain upaya preventif seperti melakukan protokol kesehatan dan vaksinasi, upaya kuratif seperti pengobatan dan perawatan juga mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Berbagai penelitian klinis mengungkapkan beberapa pengobatan menggunakan Chloroquine, Hydroxychloroquine, Lopinavir/Ritonavir, dan Olsetamivir mampu menjadi agen terapi Covid-19. Namun, obat-obatan tersebut dapat memicu terjadinya efek samping pada sistem pencernaan, syaraf, otot, maupun kardiovaskular, serta kontra-indikasi lainnya. Untuk itu pengobatan integratif (Integrative Medicine), seperti pengobatan alternatif Homeopati, dapat menjadi pilihan dalam mengeradikasi Covid-19. Menurut catatan penelitian, 26 ribu kasus Flu Spanyol pada 1921 berhasil diberantas oleh pengobatan Homeopati dengan berkurangnya mortalitas dari 28% ke 1,05% [1].

            Meskipun filsuf Socrates pernah mengaplikasikan pengobatan ini di zamannya, namun sistem Homeopati pertama kali dicetuskan oleh Dr. Samuel Christian Friedrich Hahnemann pada 1796, walaupun menuai banyak penentangan dari kalangan dokter tradisional. Homeopati berangkat dari dua teori, yaitu “like cures like”, artinya pengobatan suatu penyakit menggunakan racun yang menyebabkan gejala serupa dan “the law of minimum dose”, artinya pengobatan terbaik pada dosis terendah [2,5]. Penemuan empiris Dr. Hahnemann dilaporkan bahwa ada obat anti-malaria dari tanaman Cinchona dengan efek gejala yang sama seperti malaria namun dalam derajat yang rendah. Postulat Dr. Hahnemann beranggapan bahwa agen penyebab penyakit yang bersemayam dalam tubuh mengandung potensi menyembuhkan juga bilamana diencerkan dan

memicu terjadinya reaksi defensif (pertahanan terhadap penyakit itu sendiri) kemudian menghilangkan penyakitnya, semakin tinggi pengenceran, maka semakin besar potensi penyembuhannya [2,3]. Menariknya, pengobatan Homeopati bersifat holistik karena selain fisik, juga melibatkan jiwa dan pikiran untuk menyembuhkan penyakit.

            Tingkat kelarutan zat atau racun dalam obat Homeopati dikenal juga dengan potensi. Tingkat potensi bekerja pada organ-organ dan penyakit tertentu, misalnya penyakit pada organ digesti (pencernaan) terutama lambung, potensi yang rendah bekerja dengan baik, untuk gangguan neurologis dan mental serta beberapa jenis kanker, Homeopati bekerja dalam potensi yang tinggi (200 atau lebih). Namun dalam kasus tertentu, jika pasien menderita penyakit yang terlalu berat, maka tidak diberikan Homeopati dalam potensi yang tinggi karena berbahaya. Pasien tersebut harus dikuatkan fisiknya terlebih dulu dengan vitamin dan suplemen, baru setelah itu obat Homeopati dapat diberikan berangsur dari potensi terendah (30) ke tinggi (200 hingga 1000), karena dua pengobatan yang berbeda tidak dapat diberikan sekaligus [2].

            Mengetahui eksistensi Homeopati tidak cukup hanya sekadar meyakini dari pengalaman dan testimoni kesembuhan pasien saja. Berbagai penelitian ekspreimental dilakukan untuk membuktikan secara pasti efikasi dan manfaat Homeopati bahkan hingga ke tingkat gen. Sekelompok peneliti dari Departemen Patologi dan Diagnostik, University of Verona, Italia, melakukan riset efek pengobatan Homeopati dari tanaman Gelsemium s. terhadap ekspresi gen yang terlibat dalam fungsi neurologis. Setelah dilakukan analisa menggunakan teknik microarray, gen-gen yang mengalami down-regulasi tersebut dapat menurun ekspresinya setelah diberikan treatment Homoepati dengan pengenceran sedang dan tinggi [4].             Selain penelitian eksperimental, penelitian observasional pun ramai dilakukan terutama untuk pengobatan Homeopati bagi pasien Covid-19. Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa Homeopati pernah mengatasi 26 ribu kasus Flu Spanyol pada abad lalu, maka kini

Homeopati mulai diaplikasikan pada Covid-19 sebagai bentuk ikhtiar mengeradikasi wabah tersebut.

            Pada 2020, suatu penelitian studi kasus dilakukan di sebuah Rumah Sakit di Yerussalem dengan subjek 5 orang terkonfirmasi positif Covid-19, dua diantaranya merupakan wanita. Masing-masing 5 pasien tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda, namun kesamaan gejala yang dialami yakni dyspnea (sesak napas), demam, batuk, hilang kemampuan indera perasa, dan beberapa diantaranya memiliki komorbid seperti hipertensi dan diabetes melitus.

            Pasien-pasien tersebut diterapi dengan obat Homeopati Arsenic album dan beberapa obat Homeopati lainnya yang berbeda untuk diobservasi tingkat keparahan dan penyembuhannya. Meskipun tujuan penelitian tersebut bukan untuk menguji efikasi Homeopati, namun terungkap hasil bahwa pasien dari terapi tersebut menunjukkan tanda-tanda penyembuhan yang baik dan dapat disimpulkan bahwa pengobatan Homeopati tidak memberikan efek samping. Namun pada penyakit akut, pemberian Homeopati harus menyesuaikan dengan fase berkembangnya gejala, jadi bisa saja obatnya berbeda [5].

            Sejalan dengan hasil studi bahwa Arsenic album dapat menurunkan gejala hingga penyembuhan pada pasien Covid-19, Hadhrat Mirza Masroor Ahmadaba, Pemimpin Jemaat Muslim Ahmadiyah, memberikan petunjuk resep obat Homeopati dalam upaya penanganan Covid-19 dengan mengombinasikan Arsenic album dengan obat Homeopati lain yang cocok dengan gejala khas Covid-19.

            Untuk pencegahan, resep yang diberikan adalah mengonsumsi Aconite+Arsenic album+Gelsemium potensi 200 dengan petunjuk sebagai berikut [6]:

  1. Anak-anak ≤12 tahun, mengonsumsi sebanyak 1x seminggu.
  2. Anak-anak >12 tahun dan orang dewasa, mengonsumsi sebanyak 2x seminggu (1 dosis/3 hari)
  3. Wanita hamil dan menyusui, mengonsumsi sebanyak 1x seminggu
  1. Setelah mengonsumsi selama 3 minggu, berikan jeda 1 minggu untuk berhenti, lalu lanjutkan pada 3 atau 4 bulan berikutnya.

Jika sudah terpapar Covid-19, maka resep yang diberikan adalah sebagai berikut:

  1. Bacilinum+Diptherinum+Influenzum+Oscillococcinum (BDIO)potensi 200 dengan aturan dikonsumsi pada minggu pertama sebanyak 2x sehari, kemudian 2x seminggu (3 hari sekali)
  2. Arnica+Baptisia+Arsenic album+Hepar Sulph+Nat Sulph potensi 30, dikonsumsi sebanyak 2 atau 3x sehari

Covid-19 merupakan penyakit yang dikehendaki Allah SWT dimana manusia diuji tingkat kesabaran, ketaqwaan dan sikap empati dalam kemanusiaan. Dan salah satu usaha membantu sesama adalah melakukan studi-studi terkini agar sama-sama dapat menemukan obat atau terapi terbaik yang dapat bermanfaat bagi umat manusia, terutama mereka yang terpapar wabah Covid-19.

Dari sekian banyak jalan untuk pengobatan, Homeopati merupakan salah satu alternatif yang dapat dijadikan rujukan pengobatan. Meskipun belum ada catatan pasti seberapa besar Homeopati mampu mengeradikasi wabah Covid-19, namun perlu adanya keyakinan spiritual dalam diri kita bahwa melalui Homeopati, Allah SWT akan bekerja menyembuhkan penyakit. Karena seperti yang diulas sebelumnya, Homeopati bekerja secara holistik, selain melibatkan fisik, juga melibatkan mental dan pikiran kita, termasuk doa yang kita panjatkan.

Semoga Allah SWT memberikan kesembuhan bagi mereka yang sedang terbaring sakit dan memberikan pertolongan kepada kita semua agar badai pandemi segera berlalu. Aamiin.


Penulis : Umar Farooq Zafrullah

Sumber :

  1. Gosik MS, Mendes MF, da Silva Barbas D, do Cabo DJ, Strastis H, Takeuti IS, dos Santos Mourão LC, Delavechia ML, da Cunha MX, Kalile RB, Lino RR. Medicines for the new coronavirus in the view of Classical Systemic Homeopathy. Complementary therapies in clinical practice. 2021 Nov 1;45:101482.
  2. Chaudhary, I.A., 2005. Homoeopathy (“Like cures like”) English Translation from Urdu. Ist ed. Surrey, UK: Islam International Publications Ltd, pp.269-70.
  3. Donelli D, Antonelli M. Homeopathy and Psychological Therapies. Encyclopedia. 2021 Mar;1(1):57-64.
  4. Olioso D, Marzotto M, Bonafini C, Bellavite P. Gelsemium sempervirens effects in vitro: A bridge between homeopathy and molecular biology?.
  5. Kurd R, Freed Y, Jarjoui A, Izbicki G, Levin P, Helvitz Y, Sherr J, Oberbaum M. Homeopathic Treatment for COVID-19-Related Symptoms: A Case Series. Complementary Medicine Research. 2021 Sep 14:1-6.
  6. Panduan Terbaru Homeopati Gelombang Kedua Covid-10 oleh Hadhrat Mirza Masroor Ahmad aba