Siapa Nabinya Ahmadiyah

1127

Dalam hukum kemasyarakatan, ada satu hukum alam yang tidak bisa kita tolak. Dan kita secara umum sependapat dengan hal itu, yakni kekeliruan yang dibiarkan beredar dan tidak diklarifikasi, maka lama kelamaan akan dianggap sebagai suatu kebenaran.

Dalam postingan kali ini, saya bermaksud untuk mengklarifikasi “kekeliruan” yang beredar dimasyarakat tentang Jamaah Ahmadiyah. Saya merasa sangat sedih, ketika masyarakat begitu mudahnya “terprovokasi”.

Saya merenungkan, mengapa masyarakat begitu mudah percaya pada “kabar” yang beredar tanpa terlebih dahulu mengadakan “cek and recek”. Dan saya berkesimpulan bahwa tidak juga ini menjadi “kesalahan” masyarakat seutuhnya, yaitu yang mudah terprovokasi dan tidak mau mengadakan recek pada sumber yang sebenarnya. Tetapi juga ini merupakan kesalahan “saya”, mengapa “saya” tidak mengklarifikasi kepada masyarakat perihal isu yang beredar ini.

Salah satu yang menjadi sumber “perselisihan” adalah masalah “kenabian”. Di masyarakat beredar “pemahaman”, bahwa nabinya Jamaah Ahmadiyah bukanlah Nabi Muhammad saw, melainkan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. Dan mereka (Ahmadiyah) tidak meyakini Nabi Muhammad saw. sebagai nabi terakhir, tetapi Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad-lah sebagai nabi terakhir.

Apa bila kita melihat “pemahaman” tersebut, spontan saja pasti kita akan mengatakan “kalo keyakinannya kaya begini, pantes aja Jamaah Ahmadiyah difatwakan sesat..!”.

Dan untuk “meluruskan” hal ini, saya akan mengutip perkataan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad : “Manusia yang dalam wujud, perilaku dan sifat-sifatnya serta yang suci telah memberikan contoh kesempurnaan dalam ketulusan dan keteguhan, dan dikenal sebagai manusia yang sempurna adalah Nabi Muhammad saw. Manusia yang paling sempurna, baik sebagai manusia mau pun sebagai seorang Rasul, yang datang membawa berkat yang akbar, wujud siapa telah menimbulkan kebangkitan kembali kerohanian dan dengan demikian telah menghidupkan kembali dunia, Rasul yang beberkat itu, Khotaman nabiyin, penghulu para mutaqi, terbaik dari antara semua Rasul adalah Nabi Muhammad saw…”

Dan syahadat Jamaah Ahmadiyah adalah “Asyhadu anlaailaaha illallaah wa Asyhadu anna Muhammadar Rosuulullaah”

Dari kutipan ini, jelas bagaimana Jamaah Ahmadiyah meyakini dan memuliakan junjungan umat Nabi Muhammad saw. Jadi, nabinya Jamaah Ahmadiyah adalah Nabi Muhammad saw. Orang Islam yang tidak meyakini kenabian beliau saw. tidak layak disebut seorang muslim.

Kemudian, siapa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad…?

Di dalam keyakinan umat Islam, secara umum umat Islam meyakini bahwa Nabi Isa as. akan turun diakhir zaman. Dan apabila kita “melintas”, agama nasrani pun memiliki keyakinan yang sama, yaitu sama-sama menunggu kedatangan kedua kali Isa as.

Dan NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, di dalam Mukhtamarnya yang ke III pada tanggal 28 September 1928 di Surabaya. Menegaskan bahwa “Kita wajib berkeyakinan bahwa Nabi Isa as. itu akan diturunkan di akhir zaman nanti sebagai Nabi dan Rosul yang melaksanakan Syariat Nabi Muhammad saw. dan hal itu tidak berarti menghalangi nabi Muhammad saw. sebagai nabi terakhir, sebab nabi isa as. hanya akan melaksanakan Syariat Nabi Muhammad saw”.

Jadi, Nabi Isa (as) akan turun di akhir zaman. Dan Ahmadiyah percaya bahwa Hadhrat Mirza Ghulam adalah “wujud” yang telah di pilih oleh Allah swt. sebagai Isa as. yang turun di Akhir Zaman ini. Karena, baik Alquran maupun sejarah membuktikan bahwa Nabi Isa as. yang dulu telah wafat sebagaimana manusia pada umunya telah wafat.

Keberatan, tidak terima bahkan kebencian dari pihak manapun, mari kita diskusikan bersama karena diskusi perihal “perbedaan” pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. ketika didatangi oleh saudara-saudara Kristen dari Nazran, yang tidak setuju dengan pendakwaaan beliau saw.

Mari kita budayakan diskusi, bukan presekusi.


Oleh : Bilal Ahmad Boyan

Sumber Gambar : independent.co.uk