Ahmadiyah dan Pemberdayaan Perempuan

1893

8 Maret adalah Hari Perempuan Sedunia (International Women’s Day) dimana wanita di berbagai belahan dunia memperingati peran, status dan prestasi mereka.  Momen bersejarah ini juga menganalisa masalah-masalah yang kerap wanita sering alami seperti ketidaksetaraan gender, budaya patriarki, ketidaksetaraan upah, dan juga rasa kurang percaya diri. Sejarah singkat IWD bisa ditelusuri ke tahun 1907. Kala itu, pekerja pabrik kain di New York berunjuk rasa meminta jam kerja lebih singkat, pembayaran lebih tinggi dan hak untuk memilih[1]. 

      Tahun 1911 di Austria dan Hungaria, lebih dari 300 masa melakukan aksi protes damai untuk menuntut pemberhentian diskriminasi terhadap wanita, perlindungan hak-hak wanita untuk bekerja, memilih, mendapat pelatihan, dan mendapat kesempatan untuk menduduki jabatan di pemerintahan. Tentunya masyarakat Indonesia tidak asing lagi dengan Kartini, sang pahlawan emansipasi wanita yang memperjuangkan hak-hak kesetaraan antara wanita dan pria dan melawan diskriminasi terhadap wanita yang terjadi pada jaman itu.

      Di abad ke 21 ini, sudah banyak kaum wanita yang memiliki kompetensi tinggi. Contohnya banyak wanita yang berpendidikan, memiliki perusahaan sendiri, menjadi presiden, pejabat negara, ilmuan, jurnalis dan berbagai profesi terhormat lainnya. Namun di dunia ini belum ada satu pun organisasi Muslim yang menjaga dan mendidik kaum wanitanya dibawah satu kepemimpinan, kecuali Jemaah Muslim Ahmadiyah.

      Tahun 1922, Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad (Hadhrat Mahmud Ahmad), Khalifah Muslim Ahmadiyah mendirikan Lajna Imaillah (LI). LI adalah organisasi wanita Ahmadi (pengikut Ahmadiyah) yang berfokus dalam pembinaan anggota wanita Ahmadi.   Beliau percaya tugas dan kewajiban wanita bukan sebatas pada kegiatan mengurus rumah seperti memasak, merapihkan rumah, atau mengurus anak saja. Beliau yakin, wanita memiliki peran yang sangat penting untuk pembangunan bangsa dan pendidikan generasi yang akan datang. Beliau bersabda jika 50 persen wanita melakukan reformasi diri, maka Islam akan mengalami kemajuan pesat[2].

      Dalam LI, dipilih seorang Sadr (presiden organisasi) dan beberapa sekretaris untuk pemberdayan wanita di berbagai bidang seperti pendidikan, pendidikan moral, bimbingan pelajar, hubungan masyarakat, dan bakti sosial. Semua ini dikelola oleh para wanita Ahmadi yang dipimpin oleh Sadr. Masing-masing sekretaris memiliki program kerja sesuai bidangnya. Semuanya dikelola oleh wanita Ahmadiyah.

Contohnya, sekretaris pendidikan akhlak membuat kegiatan webinar mengenai bagaimana mendidik anak yang baik menurut Al-Qur’an. LI mendidik seluruh wanita Ahmadiyah untuk mengamalkan ajaran Al-Quran agar anak-anak mereka menjadi ahli surga. Ya, LI ingin para wanita sadar akan tugas mulia mereka, yakni sebagai ibu dari anaknya. Ibulah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Ibulah yang membuka jalan anaknya untuk ke surga. Inilah makna dari “surga berada dibawah telapak kaki ibu”.

Lalu ada sekretaris hubungan masyarakat dan bakti sosial. Disini LI mendidik seluruh wanita Ahmadiyah mengamalkan ajaran Al-Quran yakni membantu sesama manusia. Karena itu biasanya sekretaris humas dan bakti sosial mengarahkan para wanita Ahmadi untuk melakukan kegiatan sosial seperti pembagian sembako yang bekerja sama dengan pemerintah lokal[3].

Sedangkan sekretaris pembimbing pelajar berfokus untuk mengembakan kompetensi para pelajar atau mahasiswi Ahmadi. Misalnya seperti membuat sebuah webinar bagaimana cara nya kuliah di luar negeri, atau mengadakan diskusi mengenai HAM [4].  Hazrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifah Muslim Ahmadiyah pun berpesan kepada para pelajar atau mahasiswi Ahmadi[5]:

“Para anggota Ahmadi sudah ditakdirkan untuk meraih kesuksesan. Maka dari itu, Tingkatkanlah ambisimu, lalu bekerja keraslah untuk mencapainya. Jika kamu berkerja keras, Allah pasti akan membantumu. Allah Ta’ala akan memberikan kesuksesan kepada siapa yang berdoa dan bekerja keras. Sebaliknya, takdir Allah juga ialah Dia tidak akan memberikan kesuksesan kepada siapapun yang malas.”

       Jadi di International Women’s Day ini, wanita Ahmadi beruntung karena mereka telah menjadi seorang pemimpin. Pemimpin yang mendidik generasi penerus para aktivis agama, bangsa, dan negara. Lebih lanjut, Ahmadiyahlah yang selalu ‘merayakan’ pencapaian, prestasi dan status dan kedudukan mulia para wanita.  Dengan adanya berbagai kegiatan dari LI, para wanita Ahmadi tidak pernah membuang waktu mereka dengan sia-sia.


Penulis: Khalida Jamilah

Referensi:

  1. https://web.archive.org/web/20170408081654/https://iwd.uchicago.edu/page/international-womens-day-history#1909%20The%20First%20National%20Woman’s%20Day%20in%20the%20US
  2. The Significance of Sacrifice in Your Pledge https://www.alislam.org/articles/significance-sacrifice-your-pledge/
  3. https://warta-ahmadiyah.org/ahmadiyah-tangerang-salurkan-100-paket-sembako-untuk-warga-terdampak-covid-19.html
  4. https://warta-ahmadiyah.org/amsa-amsaw-diy-dan-jateng-3-diskusi-islam-dan-ham.html
  5. https://www.alhakam.org/the-rank-of-women-is-extremely-high-and-no-one-can-compete-with-it-waqifaat-e-nau-bangladesh-meet-hazrat-amirul-momineen/

Sumber gambar : https://unsplash.com/photos/nwRoHW4j3gg