Pornografi Pun Termasuk Zina

1036

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya itu adalah perbuatan keji dan jalan yang sangat buruk” (QS. Al isra: 33)

Berdasarkan arti di atas, perzinaan adalah satu hal yang sangat jelas tidak layak untuk dilakukan. Jangankan dilakukan, hanya didekati pun terlarang. Namun dalam kondisi sekarang ini dimana masyarakat sangat berbeda dan adanya orientasi seksual bebas. Perzinaan seakan-akan menjadi hal yang biasa saja.

Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (Pendiri Ahmadiyah) bersabda “Janganlah mendekati zina yakni jauhilah acara-acara (pertemuan, perayaan) yang dapat menimbulkan pikiran kearah itu didalam hati. Dan janganlah mencari-cari kesempatan yang akan membawa kearah jalan yang membahayakan itu. Orang yang berbuat zina ia telah melakukan keburukan sampai kepuncaknya. (Silabus Talim Tarbiyat seri 1, hal 19 )

Hazrat Mirza Masroor Ahmad (Khalifah ke-5 Jemaat Ahmadiyah) telah memperingatkan kita bahwa perzinaan tidak hanya berhubungan dengan bagian pribadi tetapi kata zina dalam Al Quran menunjukkan semua indera kita, termasuk pendengaran dan penglihatan. Artinya, menonton pornografi juga perzinaan atau menonton hal yang tidak senonoh di film-film televisi adalah perzinaan. Juga, mendengarkan musik atau lagu yang berbahasa kotor adalah termasuk zina dan kita semua harus menghindari semua ini. (Surga Di Bawah Telapak Kakimu, hal 198)

Berdasarkan  paparan tersebut kita bisa sedikit simpulkan  jika saat ini kita tengah berkecamuk perang melawan zina.  Bagaimana tidak, banyak sekali materi-materi, baik itu secara terang-terangan atau terselubung berbau pornografi. Entah berbentuk iklan, film, bahkan tulisan. Terkadang hal-hal itu muncul di luar kehendak kita. Saat membuka media sosial misalnya, tiba-tiba muncul iklan atau gambar tidak senonoh yang entah dari mana munculnya. Ketika diri kita sebelumnya tidak mempunyai tameng yang kuat bisa saja kemudian menjadi terjerumus ke jurang perzinaan.

Nah ‘tameng’ ini tidak dapat kita bentuk dadakan tentunya. Perlu perjalanan panjang yang seyogyianya dimulai sejak dini. Yuni Shara melakukan pendidikan seks dengan cara yang sangat terbuka. Keterbukaannya dengan anak sedikitnya dapat kita tiru, tapi cara yang ditempuh bisa kita modifikasi dengan lebih baik. Mengenalkan pendidikan seks tidak harus dengan cara menonton film atau hal lainnya yang langsung terlihat vulgar. Namun menemani anak-anak saat beraktivitas tentu sangat perlu.

Pendidikan seks hendaknya dimulai sejak dini. Selain dengan pendidikan agama, pertanyaan-pertanyaan anak mengenai seksualitas  sebisa mungkin bisa dijawab dengan jelas sesuai dengan usia dan pemahaman mereka, agar rasa penasaran bisa teratasi. Jika mereka tidak bertanya, kita  sebagai orang tua bisa menjelaskan terlebih dahulu sebelum mereka mendapat atau mencari informasi dari sumber-sumber yang kurang bisa dipertanggungjawabkan. Ciptakan suasana diskusi yang hangat dan nyaman.

Hal kecil yang dapat kita lakukan ketika anak-anak masih kecil yaitu mengenalkan alat vital dengan sebutan yang benar. Kemudian beritahulah anak-anak bagian tubuh mana saja yang tidak boleh disentuh oleh sembarang orang, bahkan hanya ibunyalah yang boleh menyentuh. Ketika memasuki usia pubertas, edukasilah  anak- anak mengenai perubahan fisik dan psikis yang kemungkinan akan terjadi. Termasuk gejolak perasaan suka terhadap lawan jenis yang mungkin mulai muncul.

Hazrat Mirza Tahir Ahmad  (Khalifah ke-4 Jemaat Ahmadiyah) memberi nasehat :

“Perhatikanlah kebiasaan dan tingkah laku anak-anak kalian sejak usia dini. Ketika kalian melihat ada tanda-tanda berbahaya, kalian harus bekerja keras. Berupayalah untuk mengajarkan kecintaan kepada agama dengan rasa cinta dan kasih sayang. Rasa cinta yang diungkapkan kepada anak, selalu terbukti bahwa hal itu bermanfaat.”

(Surga Di Bawah Telapak Kakimu, hal 109)

Usahakan sekeras tenaga, anak-anak jangan sampai lengah dari perhatian kita. Selain sebagai teladan orangtua pun mempunyai peran untuk mengingatkan dan memperbaiki. Ketika anak mulai lengah segeralah untuk diingatkan. Apabila mereka melakukan perbuatan yang salah, perbaikilah. Giring mereka kembali ke jalan yang Allah ridhai. Lakukanlah semua hal tersebut dengan kasih sayang, tidak dengan kemarahan.

Menanamkan pemahaman mengenai batasan-batasan dalam pergaulan dengan baik kepada anak-anak pun dapat menjadi kunci agar mereka terhindar dari perbuatan zina. Salah satunya adalah menjaga pandangan dan sifat haya atau malu.


Oleh : Dewy Nur Afiyah

Referensi :

  • Rasa malu tidaklah datang kecuali membawa kebaikan” (HR. Bukhari dan Muslim)
  • “Katakanlah kepada orang-orang mukmin laki-laki, hendaklah mereka merundukkan pandangannya, dan menjaga kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada orang-orang mukmin perempuan, hendaknya mereka pun merundukkan pandangan mereka dan menjaga kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan kecantikkannya, kecuali apa yang dengan sendirinya nampak darinya…”(QS. An Nur: 31-32)

Sumber Gambar : iStock