Tanggungjawab orang tua memang sangat berat. Kita setiap saat hendaknya menjaga anak kita agar memiliki perilaku yang baik, sesuai dengan norma agama dan norma sosial. Khalifah kedua Jema’at Muslim Ahmadiyah, Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a. menulis panduan mendidik anak sesuai dengan norma Islam pada bukunya Minhaj al-Tholibiin. Berikut beberapa petunjuk beliau:
Menjaga dari Pengaruh Buruk
Orang tua memiliki peran penting dalam menjaga anak dari pengaruh luar buruk, yang dapat membentuk karakter dan kebiasaannya. Salah satu cara yang efektif adalah dengan memilihkan teman bermain yang memiliki perilaku baik dan lingkungan yang positif. Anak yang dibiarkan memilih teman sendiri tanpa bimbingan berisiko terpengaruh oleh kebiasaan yang kurang baik. Dengan menetapkan lingkaran pergaulan yang sehat, orang tua tidak hanya melindungi anak dari pengaruh negatif, tetapi juga membangun hubungan dengan orang tua lain, yang dapat menciptakan kerja sama dalam mengawasi dan membimbing anak-anak mereka. Selain itu, dengan mengarahkan pergaulan anak sejak dini, mereka akan lebih mudah mengembangkan sikap dan nilai-nilai yang sesuai dengan norma keluarga, sehingga tumbuh dengan kepribadian yang lebih baik dan terarah.
Dr. Mesty, pada akun X nya, mengingatkan para orang tua untuk lebih berhati-hati dalam membeli buku yang masuk kategori anak [1]. Karena buku tersebut belum tentu sesuai dengan nilai-nilai yang kita ingin ajarkan pada anak kita. Dr Mesty memperlihatkan contoh buku anak yang tidak sesuai dengan norma islam karena mengajarkan nilai LGBT.
Sontak, banyak netizen yang protes dengan beliau karena menganggap seorang dokter seharusnya fokus pada kesehatan, bukan memberikan opini tentang isu sosial atau moral. Namun, sebagai seorang ayah atas anak perempuan berumur tiga tahun, saya berterima kasih pada dr. Mesty. Jujur, saya tidak menyangka ada sebuah toko buku yang menjual buku tentang LGBT untuk anak-anak.
Selain lingkungan pergaulan, para orang tua harus memilihkan anak mereka buku yang mereka baca, karena setiap paparan informasi dapat membentuk pola pikir dan nilai-nilai mereka sejak dini. Dalam era digital seperti sekarang, di mana informasi begitu mudah diakses, tantangan ini semakin besar. Saya menghargai upaya dr. Mesty dalam mengingatkan orang tua agar lebih selektif dalam memilih buku anak. Ini bukan sekadar soal kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan moral dan mental anak-anak kita. Sebagai orang tua, kita memang tidak bisa mengontrol semua hal yang anak-anak temui, tetapi setidaknya kita bisa berusaha memberikan lingkungan yang terbaik untuk tumbuh kembang mereka.
Memberikan Perlakuan Yang Baik
Jika orang tua harus menjaga mereka dari pengaruh buruk di luar sana, jangan sampai kitalah yang memberikan keburukan terhadap mereka. Anak adalah peniru yang ulung; mereka belajar dari apa yang mereka lihat dan dengar di rumah. Jika kita mencela, misalnya dengan mengatakan anak nakal, atau bahkan mengutuk mereka, maka hal ini dapat menumbuhkan persepsi negatif bahwa mereka memang nakal. Kemudian mereka pun akan menjadi anak yang nakal. Sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ, jangan pernah mengutuk anak karena doa yang buruk bisa menjadi kenyataan. Sebaliknya, pujilah mereka namun tidak berlebihan dan ajarkan kebaikan dengan penuh kasih sayang. Misalnya, jika anak melakukan kesalahan, arahkan mereka dengan lembut. Jika seorang anak menerima sesuatu dengan tangan kiri, kita bisa mengingatkannya dengan baik agar menggunakan tangan kanan, tanpa perlu mencela mereka. Anak akan lebih mudah memahami kesalahannya dan berusaha memperbaikinya jika diajarkan dengan cara yang penuh penghargaan. Selain itu, penting bagi orang tua untuk selalu berkata jujur, tidak bersikap kasar, dan tidak menunjukkan kesombongan, karena anak akan meniru perilaku tersebut. Jika kita ingin anak tumbuh menjadi pribadi yang baik, maka kebaikan itu harus terlebih dahulu dimulai dari diri kita sebagai orang tua.
Menjaga Kebersihan Anak
“Kesucian adalah sebagian dari iman.” (HR Muslim). Sesuai hadist tersebut, seorang anak harus dijaga kebersihan dan kerapihannya. Kebiasaan rapi dan bersih ini akan memberikan dampak kesehatan yang baik bagi jasmani maupun mentalnya. Menjaga kebersihan anak, termasuk setelah buang air besar, sering kali dianggap sebagai tanggung jawab ibu. Namun, ayah juga memiliki peran penting dalam memastikan bahwa kebersihan anak tetap terjaga dengan baik. Seorang ayah yang memahami pentingnya kebersihan dapat membantu mengingatkan dan membimbing ibu agar tidak lalai dalam merawat anak.
Jadwal Makan Yang Teratur
Memberikan makan anak dengan jadwal yang teratur memiliki banyak manfaat, tidak hanya untuk kesehatan fisik tetapi juga untuk perkembangan karakter mereka. Kebiasaan ini membantu anak belajar disiplin, mengontrol diri. Kemudian, sebaiknya disajikan dalam porsi yang seimbang. Ini untuk menghindari kebiasaan buruk seperti makan berlebihan atau membuang makanan. Jika seorang anak ingin memakan sesuatu cemilan, penting bagi orang tua untuk mengajarkan mereka menunggu hingga waktu makan. Kebiasaan ini tidak hanya membantu menjaga pola makan yang sehat, tetapi juga melatih anak dalam mengembangkan pengendalian diri dan disiplin. Berikan juga mereka pola makan yang beragam. Dengan memberikan anak berbagai jenis makanan, seperti daging, sayuran, dan buah-buahan, mereka akan terbiasa dengan keseimbangan nutrisi yang mendukung pertumbuhan optimal.
Selain makan, biasakanlah juga buang hajat pada waktu yang teratur. Ini akan menanamkan nilai kedisiplinan yang dapat mempermudah anak dalam membentuk kebiasaan baik lainnya, seperti shalat dan puasa, yang juga memerlukan ketepatan waktu dan pengendalian diri.
Membentuk Kemandirian
Mengajarkan tanggung jawab kepada anak sejak dini sangat penting untuk membentuk karakter dan kemandiriannya di masa depan. Salah satu cara efektif adalah dengan memberikan tugas-tugas kecil yang sesuai dengan usianya, seperti mengambil atau meletakkan benda, membawa barang ringan, atau membantu dalam aktivitas sederhana di rumah. Tugas-tugas ini dapat diberikan dalam bentuk permainan agar anak merasa senang saat melakukannya. Selain itu, penting juga untuk tetap memberi mereka waktu bermain bebas agar perkembangan mereka tetap seimbang. Dengan membiasakan anak melakukan tugas-tugas kecil, mereka akan belajar memahami arti tanggung jawab, disiplin, dan kontribusi dalam lingkungan keluarga, yang nantinya akan terbawa hingga mereka dewasa.
Kemudian, salah satu cara efektif lainnya adalah dengan memberikan mereka kepemilikan bersama atas suatu barang, seperti mainan, dan mengajarkan bahwa benda tersebut harus dijaga dan digunakan bersama dengan adil. Dengan demikian, anak akan belajar untuk bertanggung jawab terhadap barang milik bersama, memahami pentingnya berbagi, serta mengembangkan keterampilan dalam mengelola sesuatu secara mandiri tanpa selalu bergantung pada orang tua. Kebiasaan ini juga membantu mereka memahami konsep kepemilikan, kerja sama, dan penghargaan terhadap hak orang lain, yang merupakan bagian penting dari kemandirian dalam kehidupan sosial.
Menumbuhkan Rasa Percaya Diri
Mengajarkan kepercayaan diri kepada anak sejak dini sangat penting agar mereka tumbuh menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab. Salah satu caranya adalah melatih mereka untuk bersabar. Misalnya, jika anak menginginkan sesuatu beritahukan bahwa mereka akan mendapatkannya pada waktu yang telah ditentukan, bukan memberikannya saat itu juga atau malah menyembunyikannya. Dengan cara ini, anak akan belajar memahami konsep menunggu, mempercayai orang tua, dan mengembangkan rasa percaya diri bahwa keinginannya akan terpenuhi pada waktu yang tepat.
Mengajarkan Kedisiplinan
Mengajarkan disiplin kepada anak sejak dini sangat penting untuk membentuk kepribadian yang kuat dan bertanggung jawab. Anak yang terlalu dimanjakan cenderung mengharapkan perlakuan istimewa di mana pun ia berada, yang dapat menimbulkan sikap egois dan kurang menghargai orang lain. Oleh karena itu, orang tua perlu menetapkan batasan yang jelas dan memberikan contoh dalam hal disiplin dan pengendalian diri. Misalnya, jika seorang anak sedang sakit dan dilarang mengonsumsi makanan tertentu, sebaiknya makanan tersebut tidak dibawa ke rumah atau dikonsumsi oleh orang tua di depan anak. Dengan demikian, anak akan belajar tentang pengorbanan dan disiplin, serta memahami bahwa aturan yang diterapkan bukanlah hukuman, melainkan demi kebaikan dirinya sendiri. Kebiasaan seperti ini akan membantu anak mengembangkan kebiasaan hidup yang lebih teratur, penuh tanggung jawab, dan mampu mengendalikan keinginannya dengan lebih baik.
Keberanian dan tanggung jawab
Anak sebaiknya tidak dipaparkan pada cerita-cerita menakutkan yang dapat menanamkan rasa takut. Sebaliknya, ceritakanlah mereka cerita yang dapat menumbuhkan rasa keberaniannya. Selain itu, cegahlah agar anak tidak memiliki kebiasaan berbohong. Orang tua juga harus mengajarkan anak untuk mengakui kesalahan mereka dengan jujur, bukan dengan hukuman yang keras, tetapi dengan memberikan contoh yang baik—misalnya, dengan tidak menyembunyikan kesalahan kita sendiri dan bersimpatilah dengan mereka ketika mereka melakukan kesalahan. Jika ingin mengingatkan mereka, jangan lakukan di depan banyak orang.
Rasa untuk Berbagi
Mengajarkan anak untuk berbagi sejak dini adalah langkah penting dalam membentuk karakter yang peduli dan tidak egois. Salah satu cara efektif adalah dengan memberi mereka sedikit uang saku. Kemudian, ajarkan mereka untuk menggunakan uang itu dengan baik. Misal, jika anak punya 3 koin, satu koin untuk membeli makanan dan berbagi dengan teman, satu koin untuk membeli sesuatu yang mereka sukai, dan satu koin lagi untuk disumbangkan kepada yang membutuhkan. Dengan cara ini, anak akan belajar tiga nilai penting: kedermawanan, hidup hemat, dan kepedulian terhadap orang lain. Kebiasaan berbagi ini tidak hanya membangun empati, tetapi juga menanamkan rasa tanggung jawab sosial yang akan terbawa hingga mereka dewasa.
Oleh: Fariz Abdussalam
Referensi: https://x.com/mestyariotedjo/status/1895275034215874676