Bolehkah Seorang Muslim Merayakan Ulang Tahun?

563

Salah satu budaya manusia saat ini yang menimbulkan banyak pertanyaan mengenai boleh atau tidaknya dilakukan seorang muslim ialah merayakan hari ulang tahun. Jadi apakah seorang muslim diizinkan untuk merayakan hari kelahirannya?

Kontroversi

Banyak sekali ulama yang melarang perayaan hari ulang tahun sebab ia adalah budaya yang tidak diinisiasi oleh masyarakat muslim. Disisi lain malah banyak masyarakat kita justru merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad saw yang dikenal dengan tradisi Maulid Nabi. Meski demikian ada juga tokoh Islam yang mengizinkan perayaan ulang tahun dengan ketentuan dan syarat yang berlaku.

Kaidah Ushul Fikih

Ada satu kaidah fikih yang diterapkan secara global yang ingin penulis singgung yakni:

“Hukum asal dari segala sesuatu adalah mubah (boleh dilakukan), kecuali jika ada dalil yang menunjukkan keharamannya.”

Maka dalam konteks merayakan ulang tahun. Apakah ada dalil syar’i berupa ayat Quran atau hadis Nabi yang menyatakan perayaan ulang tahun adalah terlarang? Sejauh pengamatan penulis, tidak ada. Sedang merayakan ulang tahun adalah tradisi kuno yang ada jauh sebelum Nabi lahir. Besar kemungkinan masyarakat Arab termasuk Nabi mengatahui tradisi ini melekat dalam bangsa-bangsa lain termasuk negara adidaya kala itu, Kekaisaran Romawi. Namun Nabi tak lantas menyatakan haram meski tidak juga beliau melakukannya. Maka pada dasarnya kaidah fikih diatas itu berlaku, yakni mubah atau boleh dilakukan.

Syarat dan Ketentuan

Ok boleh tapi,

  1. Tidak diiringi perkara atau amalan yang dilarang (jelas haram) menurut hukum Islam seperti minum minuman memabukkan, makan daging babi, konsumsi narkoba dll.
  2. Tidak diiringi tindakan bid’ah yakni ritual amalan keagamaan yang tidak berdasar pada Sunnah dan Quran.
  3. Tidak berlebih-lebihan, cukup sekedarnya dengan sederhana.

Selama hal-hal itu dilakukan, maka tidak ada alasan untuk mengharamkan perayaan ulang tahun yang sekedar makan bersama dengan keluarga seperti makan kue bersama. Sebagai tanda syukur atas kehidupan dan kesehatan yang Allah berikan.

Bagaimana dengan Tradisi Meniup Lilin setelah Berdo’a?

Kita melihat ada kaitan yang amat kuat antara menyalakan api baik pada lilin dan dupa dengan pemanjatan do’a dalam ritual keagamaan berbagai agama selain Islam. Seakan api yang menyala ada sangkut pautnya dengan doa dan kemakbulannya. Hal ini tidak sesuai dengan pandangan Islam. Menimbang hal ini, penulis amat tidak merekomendasikan penggunaan lilin yang dinyalakan sebelum berdo’a lantas ditiup tepat seusai berdo’a sebelum makan kue ulang tahun sebagaimana tradisi masyarakat saat ini.

Amalan yang Dapat Dilakukan di Hari Ulang Tahun

Lebih dari sekadar perayaan secara jasmani coba lakukan juga amal soleh khusus di hari itu sebagai tanda syukur kita. Berikut ini diantaranya:

  1. Sedekah dan membantu orang lain.
  2. Ibadah nafal seperti shalat Tahajjud dll.
  3. Banyak bersyukur salah satunya dengan banyak memanjatkan hamdalah.

Pandangan Khalifatul Masih V aba Terkait Ulang Tahun

Hd Khalifatul Masih V aba menyampaikan,

“Tidak ada salahnya untuk merayakan hari ulang tahun anak dan memotong kue di dalam rumah sendiri dengan anggota keluarga asalkan tidak ada campuran bid’ah, pemborosan atau amalan-amalan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Meski demikian, pada saat yang sama seseorang tersebut juga harus memberikan sedekah di jalan Allah, dan anak-anak tersebut haruslah diperintahkan untuk melaksankan ibadah-ibadah nafal secara khusus pada hari itu dengan tujuan untuk bersyukur kepada Allah Ta’ala karena telah menganugerahkan kepada mereka kehiduan yang sehat dan untuk memohon karunia-Nya bagi kehidupan selanjutnya.” (Surat Hudhur V aba 20/10/2022 kepada Dar-ul-Qadha Qadian).

Jadi tidak mengapa merayakan ulang tahun dengan sederhana bersama keluarga dan memotong kue-kue yang enak di hari berbahagia itu.


Penulis : Ammar Ahmad

Photo by Adi Goldstein on Unsplash