Di pertengahan tahun 2021, media sosial sempat ramai karena seorang warga Papua yang juga difabel di injak kepala nya oleh TNI. Warga Papua itu bernama Steven. Dilansir dari website koran Tempo, dua anggota POM AU berusaha menangkap Steven yang sedang mabuk dan memeras tukang bubur ayam. Steven didorong dari warung dan dijatuhkan di atas trotoar. Satu anggota TNI menelungkupkan Steven dan rekannya kemudian menginjak kepala Steven. Jika seseorang melakukan pemerasan, aparat wajib menindaknya namun tidak dengan sikap kekerasan seperti menginjak kepala.
Pertanyaannya jika Steven itu bukan orang Papua, apakah ia akan di injak kepalanya? Jawabannya mungkin iya mungkin tidak tapi warga Papua kerap diperlakukan diskriminatif karena sering dianggap primitif dan terbelakang. Jadi pemikiran seperti inilah yang mungkin mendasari aparat menginjak kepala Steven karena dianggap ia orang primitif dan lebih rendah. Ini artinya ada diskriminasi dalam pikiran.
Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Adriana Elisabeth memberikan satu pencegahan yang bisa dilakukan: “Kita harus merancang sesuatu yang menghilangkan diskriminasi. Kalau diskriminasi di dalam pikiran hilang, yang lain akan mengikuti. Jika dalam pikiran sudah diskriminatif, ya, wujudnya akan seperti itu.”
Contoh dari diskriminasi dalam pikiran adalah percaya orang Papua itu udik, lebih rendah dari suku non-Papua, mereka terbelakang, mereka primitif, mereka jelek. Pemikiran seperti itu keliru karena itu dapat meracuni pikiran seseorang sehingga ketika melihat orang Papua, sudah benci duluan.
Kemudian, agama pun mengajarkan bahwa manusia itu pada dasarnya sama apapun suku bangsanya, misalnya Islam. Mau kita berasal dari Papua, Arab, Indonesia itu tidak ada bedanya. Nabi Muhammad (saw) bersabda “Orang Arab tidak lebih unggul dibandingkan non-Arab. Dan non-Arab tidak lebih unggul dibandingkan orang Arab. Kulit putih tidak lebih unggul dari kulit hitam, dan kulit hitam tidak lebih unggul dari kulit putih, kecuali atas sikap dan perbuatan yang baik.” Dari sini jelas bahwa sebenarnya kita sebagai Muslim tidak boleh merasa bahwa orang-orang dari ras-ras tertentu itu lebih buruk dari ras yang lain.
Menghindari pemikiran yang bersifat merendahkan seseorang bisa dilakukan dengan cara berpikir bagaimana jika kita yang diperlakukan tidak adil. Kita pasti merasa kecewa dan sedih. Dalam hadist lain, Nabi Muhammad (saw) bersabda: “Tidak beriman salah seorang di antara kamu hingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri” (Bukhari dan Muslim). Dalam kata lain, hadist ini mengajarkan seseorang untuk memperlakukan orang lain sebagaimana ia ingin diperlakukan.
Ada kisah menarik yang mencontohkan praktek nyata ajaran perlakukan orang lain sebagaimana engkau ingin diperlakukan. Kisah ini diceritakan oleh putri dari Khalifah Ahmadiyah ke empat Hazrat Mirza Tahir Ahmad (rh). Suatu hari salah seorang seorang saudaranya mendorong pengasuh ke dalam kolam kosong. Melihat ini, sang ayah menyuruh pengasuhnya untuk mendorong balik anak perempuannya ke dalam kolam kosong itu. Hazrat Mirza Tahir Ahmad (rh) menceritakan kejadian ini kepada ibunya anak-anak untuk menunjukan bahwa anak mereka tidaklah lebih superior dibanding pengasuhnya.
Kisah ini pun menjadi pelajaran bahwa aparat negara seperti TNI harus senantiasa memiliki sifat rendah hati dan tidak merasa lebih baik dari seorang disabilitas berasal dari Papua seperti Steven. Biasanya jabatan bisa membuat seseorang merasa lebih baik daripada orang lain dan pikiran seperti ini dapat menimbulkan diskriminasi dalam pikiran dan jika dibiarkan dapat menyebabkan sikap kekerasan.
Perdamaian dan keadilan dapat dicapai jika setiap orang selalu bertanya dalam hatinya: Kalau saya diejek-ejek, disakiti hati, diperlakukan tidak adilnya, pasti saya akan merasa tidak nyaman. Oleh karena itu, saya pun tidak mau bertindak semena-mena pada orang lain. Jika setiap manusia mengamalkan ajaran itu, maka tidak akan ada lagi diskriminasi.
Penulis : Khalida Jamilah
Sumber:
- https://nasional.tempo.co/read/1488182/anggota-tni-au-injak-kepala-warga-papua-berikut-sederet-faktanya
- https://salafy.or.id/berbuatlah-kepada-saudaramu-sebagaimana-engkau-suka-diperlakukan-demikian/
- https://assets.lajnausa.net/library/ayesha-magazine/ayesha-2008-winter.pdf. hal. 66.
- https://tirto.id/gh8M