Kedatangan Juru Selamat Akhir Zaman

3342

Umat manusia dewasa ini tengah mengalami krisis terburuk disepanjang sejarahnya. Ini terlihat dari gelombang-gelombang hawa nafsu yang tak pernah puas. Kekacauan pun terjadi dimana-mana seperti peperangan, aksi teroris, dan begitu banyak kerusakan yang diciptakan karena angkara nafsu. Padahal perang dunia telah berakhir, dan hukum-hukum telah ada. Sekarang merupakan zaman kerusakan akhlak dan rohani.

Allah Ta‘ala berfirman:

هَلْ اَتٰي عَلَي الْاِنْسَانِ حِيْنٌ مِّنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَّذْكُوْرًا

 “Bukankah telah datang kepada manusia suatu masa, ketika ia belum menjadi sesuatu yang layak disebut?”[1]

Ayat di atas menjelaskan bahwa akan datang suatu masa (akhir zaman) bahwa manusia tidak pantas disebut manusia karena wajah mereka saja yang berwujud manusia, sedang hati mereka menyerupai hati setan.[2]

Lalu Allah Ta‘ala berfirman:

ثُمَّ رَدَدْنٰهُ اَسْفَلَ سَافِلِيْنَ

 “Kemudian Kami kembalikan ia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).”[3]

Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia yang memiliki derajat rendah seperti binatang, tidak mengindahkan ajaran Allah Ta‘ala, dan tidak bersyukur maka ia akan dikirim ke tempat yang sangat rendah yakni neraka.

Sosok yang Dijanjikan Kepada Setiap Kaum

Kita dapati nubuatan-nubuatan didalam semua agama bahwa di akhir zaman akan turun seorang Nabi yang akan memperbaiki dan mempersatukan mereka. Karena Islam adalah agama yang sempurna, maka tentu sosok tersebut akan berasal dari umat Islam.

Allah Ta‘ala berfirman:

اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلاَمُ

Sesungguhnya agama yang sempurna pada sisi Allah adalah Islam.”[4]

Maka Allah Ta‘ala tidak akan membiarkan agama ini binasa, melainkan Dia akan menjaga serta memajukan sampai hari Kiamat. Oleh karena kesesatan sudah meliputi dunia dan kejahatan sudah tidak terhingga lagi, maka tentu Dia tidak akan berdiam diri dan tidak akan meninggalkan sunnah-Nya yang kekal itu.[5]

Imam Faḥruddini Rāzi mengatakan:

اِنَّ اللهَ اَجْرَى عَادَتَهُ عَلَى اَنَّ اَهْلِ عُصْرٍ اِذَا ضَلُّوْا بِالْكُلِّيَّةِ وَلَمْ يَبْقَ فِيْهِمْ مَنْ يَهْدِيْهِمْ يَلْطَفُ بِعِبَادِهِ وَيُرْسِلُ رَسُوْلاً

“Adat (sunnah) Allah Ta‘ala adalah bahwa apabila pada suatu masa manusia itu rata-rata menjadi sesat dan tidak tinggal diantara mereka yang memberi petunjuk kepada mereka, maka pada waktu itu Allah Ta‘ala mengutus kepada mereka seorang Rasul untuk memperbaiki kondisi mereka. [6]

Di dalam Islam, setelah Nabi Muḥammadsaw, di setiap abad datang mujaddid-mujaddid atau muṣli dari Allah Ta‘ala.

اِنَّ اللهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الْاُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِدُّ لَهَا دِيْنَهَا  (ابو داؤد)

Sesungguhnya Allah akan mengutus kepada umat ini di awal setiap abad orang yang akan memperbaharui agama-Nya (yakni Mujaddid).”[7]

Zaman sekarang ini adalah akhir zaman karena sejak Adam kita sampai akhir umur dunia adalah 7000 tahun. Kini 6000 tahun telah berlalu dan kita hidup dalam ribuan tahun terakhir yang merupakan akhir zaman. Juga semua tanda-tanda akhir zaman baik dalam kitab-kitab terdahulu maupun di dalam Al-Qur’an sudah sempurna.

Di akhir zaman ini, AllahTa‘ala telah mengutus Ḥaḍrat Mirzā Ghulām Aḥmadas sebagai Mujaddid ‘Aẓām untuk ribuan tahun terakhir ini. Beliauas bersabda:

وَاَرْ سَلْنِيْ رِبِّى لِتَائِيْدِ دِيْنِهِ – فَجِئْتُ لِهَذَا الْقُرْنِ عَبْدًا مُجَدِّدًا

Dan Allah Taala mengutusku untuk menolong agama-Nya (Islam). Maka pada abad ini aku adalah hamba (Nabi Muḥammadsaw) lagi mujaddid.”[8]

Ḥaḍrat Mirzā Ghulām Aḥmadas (1835–1908) berdasarkan wahyu dari Allah Ta‘ala telah mendakwakan diri bahwa beliau adalah sosok yang dijanjikan kepada setiap kaum.  Yaitu bagi orang-orang Islam beliau adalah Imam Mahdi, bagi orang-orang Yahudi dan Kristen sebagai Almasih, bagi orang-orang Hindu sebagai Krisna, dan demikian pula bagi agama-agama lainnya beliau sebagai Muṣli (Juru Selamat) yang dijanjikan.

Beliauas bersabda, “Sesungguhnya akulah sosok manusia yang dahulu telah dinubuatkan akan dibangkitkan dari sisi Allah Ta‘ala pada awal abad (14 Hijriah) ini untuk memperbaharui agama, menegakkan sebagian pembaharuan iman yang dahulu benar-benar pernah mencapai kemuliaan di atas sebagian bumi ini dan memukau dunia dengan pertolongan Allah dan bimbingan Tangan-Nya, untuk membawa umat manusia kepada perbaikan, ketakwaan, dan kebenaran, serta meluruskan akidah dan amaliyah mereka yang salah.”[9]

Oleh karena itu, pengikut-pengikut semua agama dan semua golongan perlu beriman kepada beliau demi keselamatan dunia dan akhirat.

Isyarat Al-Qur’an-ul-Karim dan Hadits                   

Allah Ta‘ala berfirman:

وَ اٰخَرِيْنَ مِنْهُمْ لَمَّ يَلْحَقُوْا بِهِمْ  ۤ  وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

 “Dan Dia akan membangkitkannya juga pada kaum lain dari antara mereka yang belum pernah bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”[10]

Ajaran Ḥaḍrat Muḥammadsaw ditujukan bukan kepada bangsa Arab belaka, yang di tengah-tengah bangsa itu beliau dibangkitkan, melainkan kepada seluruh bangsa bukan-Arab juga. Dan bukan hanya kepada orang-orang sezaman beliau, melainkan juga kepada keturunan demi keturunan manusia yang akan datang hingga hari kiamat. Atau ayat ini dapat juga berarti bahwa Ḥaḍrat Muḥammadsaw akan dibangkitkan di antara kaum yang belum pernah tergabung dalam para pengikut semasa hidup beliau.

Isyarat di dalam ayat ini dan di dalam hadits yang termasyhur, tertuju kepada pengutusan kembali Ḥaḍrat Muḥammadsaw untuk kedua kali dalam wujud Ḥaḍrat Masīḥ Mau‘ūdas di akhir zaman.

Ḥaḍrat Abu Hurairahra berkata, “Pada suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Ḥadhrat Rasūlullāhsaw ketika Surah Jumu‘ah diturunkan. Saya minta keterangan kepada beliausaw, “Siapakah yang diisyaratkan oleh kata-kata, ‘dan Dia akan membangkitkannya juga pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka?’ Salmān al-Farsi (Salman asal Parsi) sedang duduk di antara kami. Setelah saya berulang-ulang mengajukan pertanyaan itu, Ḥaḍrat Rasūlullāhsaw meletakkan tangan beliau pada pundak Ḥadhrat Salmānra dan bersabda:

لَوْ كَانَ الْاِيْمَانُ عِنْدَ الثُّرَيَّا لَنَالَهُ رِجَالٌ اَوْ رِجَالٌ مِنْ هؤُلاَءِ

“Apabila iman telah terbang ke Bintang Ṡurayya, seorang lelaki dari mereka ini pasti akan menemukannya.”[11]

Hadits Nabi Muḥammadsaw ini menunjukkan bahwa ayat ini dikenakan kepada seorang lelaki dari keturunan Parsi. Ḥaḍrat Mirzā Ghulām Aḥmadas adalah dari keturunan Parsi. Beliauas menulis, “Ingatlah bahwa keluarga hamba ini secara lahir merupakan keluarga Moghul. Kini, diketahui dari firman Tuhan bahwa pada dasarnya keluarga kami merupakan keluarga Persia (Parsi). Karena hakikat kekeluargaan, sebagaimana Allah Ta‘ala ketahui, sama sekali tidak diketahui oleh orang lain. Ilmu-Nya ṣai dan meyakinkan, sedangkan ilmu yang lain masih diragukan dan disangka-sangka.”[12]

Maulvi Muḥammad Ḥusain Batalwi memberi kesaksian bahwa beliau bukan keturunan Quraisy, tapi keturunan asli Persia.[13]

Hadits Nabi Muḥammadsaw lainnya menyebutkan tentang waktu kedatangan beliauas:

لَمْ يَبْقَ مِنَ الْاِ سْلاَمِ اِلَّا إسْمُهُ  وَلاَ مِنَ الْقُرْآنِ اِلَّارَسْمُهُ

“Tidak ada yang tertinggal di dalam Islam selain namanya, dan tidak ada yang tertinggal di dalam Al-Qur’an kecuali kata-katanya.”[14]

Jadi, Al-Qur’an dan hadits kedua-duanya sepakat bahwa ayat ini merujuk kepada kedatangan kedua kali ḤaḍratMuḥammadsaw dalam wujud Ḥaḍrat Masīḥ Mau‘ūdas.[15]

Nubuatan Nabi Hoseaas bagi Kebenaran Ḥaḍrat Masīḥ Mau‘ūdas

Nabi Hoseaas adalah Nabi yang diutus untuk Kerajaan Utara yang merupakan pecahan dari Kerajaan Nabi Sulaimanas. Kerajaan Utara saat itu dipimpin oleh Yerobeam kedua.[16] Nubuatan ini sangat menarik dan diakui oleh umat Kristianisendiri sebagai nubuatan untuk kedatangan kedua Yesusas.

Dalam Kitab Hosea, 5: 15 tertulis:

“Aku akan pergi pulang ke tempat-Ku, sampai mereka mengaku bersalah dan mencari wajah-Ku. Dalam kesesakannya mereka akan merindukan Aku.”

Dari ayat ini dinyatakan bahwa saat kelak terjadi kesengsaraan besar yang bahkan belum pernah terjadi sebelumya, umat akan berputus asa dan akan memohon kepada Tuhan agar Yesusas kembali ke dunia. Pada ayat berikutnya tertulis:

“Mari, kita akan berbalik kepada Tuhan, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita. Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya.”[17]

Dari ayat ini ada suatu masa yang mana disebutkan bahwa Tuhan telah menerkam dan memukul umat Israel. Masa ini terjadi selama “dua hari”. Menurut Renee N. Mosesdalam bukunya Rapture Puzzle mengatakan:

“Masa kemurkaan Tuhan itu dihitung setelah kenaikan Yesus (kurang lebih 33 Masehi). Lalu Yesus akan tampil pada hari yang ketiga sebagai wakil Tuhan yang akan membangkitkan kehidupan rohani di akhir zaman.”[18]

Jadi, apakah ‘Isāas yang kedua akan hadir untuk menentramkan dunia setelah dua hari kenaikan beliau yakni hari ketiga setelah kenaikan beliau? Hal ini tidak terbukti dalam sejarah bahkan dalam Injil sendiri.

Untuk itu kita perlu untuk mencari tahu berapa lama sebenarnya “dua hari” menurut Tuhan itu. Dalam Al-Qur’an satu hari dalam hitungan Tuhan sama dengan 1000 tahun hitungan manusia. Allah Ta‘ala berfirman:

وَ اِنَّ يَـوْمًا عِنْدَ رَبّـِكَ كَاَ لْفِ سَنَةٍ مِّـمَا تَـعُـدُّوْنَ

“Dan sesungguhnya satu hari di sisi Tuhanmu seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”[19]

Menurut Bibel dalam Mazmur, 90: 4 tertulis:

“Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam.”

Artinya Perjanjian Lama mengakui bahwa satu hari dalam hitungan Tuhan sama dengan 1000 tahun dalam hitungan manusia. Untuk lebih jelasnya kita lihat Perjanjian Baru dimana Petrus yang diyakini sebagai Paus pertama dari Gereja Katolik menulis dalam suratnya:

“Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari.”[20]

Ini artinya baik Perjanjian Lama dan Baru keduanya sependapat kalau satu hari dalam hitungan Tuhan sama dengan 1000 tahun hitungan manusia.

Dengan demikian masa Tuhan menerkam dan memukul umat akan berlangsung selama 2000 tahun setelah tiadanya Nabi ‘Isāas dari tanah Israel. Sedangkan kedatangan Nabi ‘Isāas yang kedua yang diyakini akan terjadi setelah masa itu, mengindikasikan bahwa kedatangan kedua beliau akan terjadi pada akhir masa 2000 tahun itu atau awal dari masa ribuan ketiga.

Waktu kedatangan Ḥaḍrat Masīḥ Mau‘ūdas sesuai dengan perhitungan Nabi Hoseaas. Masa antara Nabi ‘Isāas dan Nabi Muḥammadsaw adalah sekitar 600 tahun.[21] Sedangkan masa antara Nabi Muḥammadsaw dan Ḥaḍrat Masīḥ Mau‘ūdas adalah sekitar 1300 tahun.[22]

Maka tepatlah beliau datang pada akhir masa 2000 tahun (sekitar 1910 tahun) setelah Nabi ‘Isāas dan awal dari hari ketiga yakni ribuan ketiga ketika kerajaan 1000 tahun dalam Kitab Wahyu pasal 20 dimulai. Masa sekarang inilah ketika Tuhan dalam Kitab Hosea akan ‘menyembuhkan’, ‘membalut’ luka umat-Nya dan ‘membangkitkan’ kita. Dengan demikian nubuatan Nabi Hoseaas  ini telah mendukung kebenaran Ḥaḍrat Masīḥ Mau‘ūdas .

Misi Ḥaḍrat Masīḥ Mau‘ūdas

Ḥaḍrat Masīḥ Mau‘ūdas bersabda berdasarkan perintah dari Allah Ta‘ala:

لِأَجْ مَعَ شَمْلَ الْمِلَّةِ الْإِسْلَامِيَّةِ

“Aku diperintahkan untuk mempersatukan keseluruhan anasir agama Islam.”[23]

Akan tetapi, kemenangan Islam pada akhir zaman ini tidak akan diraih dengan pertempuran dan peperangan. Sebaliknya, kejayaan yang kedua kini akan diperoleh lewat do‘a dan tanda-tanda samawi. Allah Ta‘ala Maha Bijaksana dan Dia mengetahui apa yang dibutuhkan dan dihajatkan manusia dari apa yang ia sendiri pikirkan. Taktala melihat bahwa kaum muslimin tidak lagi mempunyai kekuatan duniawi dan bahwa Islam tidak lagi diserang dengan senjata, tetapi dengan berbagai macam tipu daya yang berbekas di hati, Dia pun menghendaki agar kaum muslimin dan agama mereka dimenangkan dengan cara yang sama. Berbicara tentang kenyataan ini, Ḥaḍrat Masīḥ Mau‘ūdas bersabda:

فَاعْلَمُوْا أَنَّ الدُّعَاءَ حَرْبَةٌ أُعْطِيَتْ مِنَ السَّمَاءِ لِفَتْحِ هٰذَا الزَّمَانِ، وَلَنْ تَغْلِبُوْا إِلَّا بِٰهذِهِ الْحَرْبَةِ يَا مَعْشَرَ الْخُلَّانِ، وَقَدْ أَخْبَرَ النَّبِيُّوْنَ مِنْ أَوَّلِهِمْ إِلٰى آخِرِهِم بِهٰذِهِ الْحَرْبَةِ، وَقَالُوْا إِنَّ الْمَسِيْحَ الْمَوْعُوْدَ يَنَالُ الْفَتْحَ باِلدُّعَاءِ وَالتَّضَرُّعِ فِي الْحَضْرَةِ، لَا بِالْمَلَاحِمِ وَسَفْكِ دِمَاءِ الْأُمَّةِ

“Ketahuilah! Sesungguhnya, do‘a adalah senjata yang dikaruniakan dari langit untuk kemenangan zaman ini. Kalian tidak akan menang, kecuali dengan senjata ini, wahai orang-orang yang kusayangi! Sungguh, para nabi dari awal sampai akhir mereka telah mengabarkan tentang senjata ini. Mereka berkata bahwa Masīḥ Mau‘ūd akan meraih kemenangan dengan do‘a dan perendahan diri di hadirat Ilahi, tidak dengan pembantaian dan penumpahan darah umat.”[24]

Kemudian, Beliauas bersabda:

فَكَذٰلِكَ قُدِّرَ لِآخِرِ الزَّمَانِ أَعْنِيْ زَمَانَ الْمَسِيْحِ الْمَوْعُوْدِ الْمُرْسَلِ مِنَ الرَّحْمَانِ، أَنَّ صَفَّ الْمَصَافِّ يُطْوٰى، وَتُفْتَحُ الْقُلُوْبُ بِالْكَلِمِ وَتُشْرَحُ الصُّدُوْرُ بِالْهُدٰى، أَوَ يُنْقَلُ النَّاسُ إِلَى الْمَقَابِرِ مِنَ الطَّاعُوْنِ أَوْ قَارِعَةٍ أُخْرٰى، وَكَذٰلك اللهُ قَضٰى، لِيَجْعَلَ الْهَزِيْمَةَ عَلَى الْكُفْرِ وَيُعْلِيَ دِيْنًا هُوَ فِي السَّمَاءِ عَلَا

“Begitulah ditakdirkannya pada akhir zaman, yaitu zaman Masīḥ Mau‘ūd yang diutus dari Tuhan Yang Maha Pemurah bahwa barisan-barisan perang akan dilipat. Kebalikannya, kalbu akan dimenangkan dengan kata-kata dan dada akan dilapangkan dengan petunjuk. Hal ini pun bisa terjadi bahwa manusia akan dimasukkan ke dalam liang kubur karena wabah penyakit atau bencana yang lain. Seperti itulah Allah menghendaki supaya Dia menimpakan kekalahan atas kekafiran dan mengunggulkan agama yang di langit ia telah unggul.”[25]

Dengan demikian, melalui perantaraan Beliaulah matahari Islam yang telah tenggelam dan terbenam akan kembali dikokohkan di ufuknya yang tertinggi. Beliauas bersabda:

هُوَ الَّذِيْ رَدَّ بِيَ شَمْسَ الْإِسْلَامِ بَعْدَمَا دَنَتْ لِلْغُرُوْبِ، فَكَأَنَّهَا طَلَعَتْ مِنْ مَغْرِبِهَا وَتَجَلَّتْ لِلطَّاِلِبِيْنَ

“Dialah yang telah mengembalikan melalui diriku matahari Islam setelah sebelumnya ia hampir saja benar-benar terbenam seolah-olah ia terbit kembali dari tempat terbenamnya dan muncul bagi para pencari.”[26]

Sekarang, jika umat Islam ingin bersatu dan mendapatkan kembali kemenangan sebagaimana didapat oleh kaum awwalīn, tidak ada jalan lagi bagi mereka selain dengan bergabung kepada Jamaah kaum ākharīn yang didirikan oleh Almasih dan Al-Mahdī, yaitu Jamaah Muslim Ahmadiyah yang didirikan oleh Ḥadhrat Mīrzā Ghulām Aḥmadas. Tanpanya, umat Islam tidak akan pernah mampu mencapai kemuliaan yang dijanjikan. Semoga Allah Ta‘ala menganugerahkan keselamatan hakiki kepada siapa saja yang telah menerima kedatangan Sang Juru Selamat akhir zaman ini, Āmīn Allāhumma Āmīn.


Oleh : Aleem Ahmad Chusna

Referensi :

[1]   Q.S. Al-Insān, 76: 2

[2]   Kanzul Ummāl, Juz XI/31413

[3]   Q.S. At-Tīn, 95: 6

[4]   Q.S. Āli-‘Imrān, 3: 20

[5]   Q.S. Al-Ḥāj, 22: 76

[6]   Tafsīr ar-Rāzī, hal. 167

[7]   H.R. Abu Daud

[8]   Karāmāt aṣ-Ṣādiqīn, hal. 42

[9]   Tadzkiratusy-Syahādatain,hal. 3

[10] Q.S. Al-Jumu‘ah, 62: 4

[11] H.R. Bukhari, Kitab at-Tafsīr, Tafsīr Sūrah Al-Jumu‘ah

[12] Ruḥāni Khazā’in, jld. 17, hal. 365, catatan kaki

[13] Isyā‘at as-Sunnah, jld. 7, hal. 193

[14] H.R. Baihaqi

[15] Al-Qur’an Terjemah dan Tafsir Singkat, hlm. 1912–1914

[16] Learn The Bible in 24 Hours, hlm. 197

[17] Kitab Hosea, 6: 1–2

[18] Moses, Renee N. 2015. The Rapture Puzzle. Amerika Serikat: Kalekachali Press. (hlm. 2)

[19] Q.S. Al-Ḥājj, 22: 48

[20] Kitab Petrus, 3: 8

[21] Nabi Muḥammadsaw lahir pada 20 April 571 Masehi dan wafat pada 12 Rabi’ul Awal tahun 11 H atau 8 Juni 632 M

[22] Tanggal kelahiran Ḥaḍrat Masīḥ Mau‘ūdas ialah 13 Februari 1835 dan beliau wafat pada 26 Mei 1908. Maka masa Rasūlullāhsaw dengan Ḥaḍrat Masīḥ Mau‘ūdas adalah 1908 – 632 = 1276 + 63 (usia Rasūlullāhsaw) = 1339 tahun. Maka jarak Nabi ‘Isāas dengan Ḥaḍrat Masīḥ Mau‘ūdas ialah 571 + 1339 = 1910 (sekitar akhir 2000 tahun setelah Nabi ‘Isāas)

[23] I‘jāz al-Masīḥ, hal. 9

[24] ibid

[25] ibid

[26] ibid

Sumber Gambar : alhakam.org