Kita telah berjumpa dengan Bulan Ramadan, bulan dimana di dalamnya penuh dengan keberkatan-keberkatan yang tak terhingga yang diberikan kepada orang-orang beriman yang melangkahkan kaki di jalan ketakwaan dan mereka berpuasa hanya demi Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman dalam kitab suci Al-Quran;
“Hai orang-orang yang beriman, puasa diwajibkan atasmu sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelummu, supaya kamu bertakwa” (Al-Qur’an surah Al-Baqarah 02:184)
Di dalam ayat tersebut Allah Ta’ala memerintahkan berpuasa kepada orang-orang yang beriman. Lalu timbul pertanyaan siapakah orang-orang yang beriman yang dimaksud dalam ayat ini? Mereka adalah orang-orang yang keimanannya tercatat di dalam hatinya, mereka yang mendahulukan Allah Ta’ala dan keridhaan-Nya atas segalanya, mereka yang larut dalam kecintaan kepada Allah Ta’ala, mereka yang pada setiap amalannya tidak ada keinginan pribadi melainkan semata-mata demi Allah Ta’ala, dan mereka yang menjauhkan diri dari hal-hal syirik, kemalasan, dan kelalaian. Mereka itulah yang disebut dengan orang-orang yang beriman yang disebutkan dalam ayat ini.
Pada Bulan Ramadan orang-orang beriman ini mengharamkan semua makanan dan minuman yang halal dari terbit fajar hingga terbenam matahari semata-mata demi mencari keridhaan Allah Ta’ala. Bukan hanya itu saja bahkan hubungan suami istri, segala kemalasan, semuanya harus ditinggalkan dan meningkatkan ibadah kepada Allah Ta’ala. Oleh karena itu pada Bulan Ramadan kita hendaknya jangan bermalas-malasan, jangan karena orang di rumah berpuasa makanya kita berpuasa, lalu kemudian kita bermalas-masalan, malas untuk melaksanakan shalat-shalat nafal, malas membaca Al-Qur’an dan lain sebagainya karena yang demikian maka puasanya hanyalah sebatas menahan lapar dan haus saja. Oleh karena itu, ketika berpuasa hendaknya kita bangun untuk melaksanakan shalat-shalat nafal, membiasakan dawam dalam shalat, membiasakan membaca Al-Quran secara teratur dan berupaya memahaminya, sehingga darinya akan timbul ketakwaan di dalam diri kita. Ketika telah tercipta ketakwaan pada diri kita maka keimanan akan terus berkembang dan terus bertambah kuat. Inilah resep yang diberikan kepada kita untuk meraih kemajuan dalam keimanan.
Ketika berpuasa setiap orang hendaknya memperhatikan kondisi keimananya dan juga mengintrospeksi diri. Keburukan-keburukan apa yang dapat kita tinggalkan pada bulan puasa ini lalu berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkannya dan juga kebaikan-kebaikan apa yang dapat kita lakukan pada bulan ini lalu seyogyanya mengamalkan kebaikan tersebut. Oleh karena itu jika setiap orang melaksanakan satu atau dua kebaikan dan juga ia berupaya meninggalkan satu atau dua keburukan maka anggaplah ia telah mendapat keberkatan-keberkatan yang ada dalam Ramadan ini.
Tujuan dari berpuasa adalah “supaya kamu bertakwa”. Artinya dengan berpuasa kita akan selamat dari keburukan keburukan dunia, Allah Ta’ala akan senantiasa menjadi pelindung bagi orang-orang yang berpuasa karena ‘ittaqa” berati juga tameng, sarana perlindungan yang berarti dengan berpuasa kita menjadikan Allah Ta’ala sebagai tameng yang melindungi kita dari berbagai keburukan. Selain itu dari segi kesehatan pun puasa sangatlah baik untuk kesehatan sehingga setelahnya tubuh menjadi segar bugar kembali. Selain itu dengan berpuasa juga maka kita akan meraih keteguhan dalam ketakwaan dan akan meraih kedudukan tinggi dalam hal kerohanian, karena di dalam suatu hadis dikatakan bahwa “Puasa itu adalah untuk Allah Ta’ala dan ganjarannya pun ada pada-Nya”.[1] Jadi setelah manusia mendapat perjumpaan dengan Tuhan maka apa lagi yang ia inginkan.
Dengan datangnya Bulan Ramadan ini semoga kita semua dapat meningkatkan keimanan kita dengan cara memperbanyak ibadah dan juga sedekah. Segala sesuatu itu dimulai dengan niat yang baik, oleh karena itu, kita niat berpuasa semata-mata untuk mendapatkan keridhaan Allah Ta’ala. Jadikanlah puasa ini sebagai sarana latihan untuk kita sehingga setelah berlalunya Bulan Ramadan ini kita mendapat kemajuan dalam kerohanian dan menjadi orang-orang yang dekat dengan Allah Ta’ala, aamiin.
[1] Bukhari, Kitab Puasa, Bab Keutaman Puasa Hadist no. 1761
Oleh: Abdul Ghandi
Sumber :
Imam Muhammad bin Ismail Bukhari ra, Shahih Bukhari terjemah dan syarah oleh Hadhrat Jainal Abidinin Waliyullah Syah, jilid 3, edisi Bahasa Urdu
Al-Quran Terjemah dan Tafsir singkat, Jemaat Ahmadiyah Indonesia cetakan 2014
image : Generated with AI (https://gencraft.com/)