Nikmatnya Kepemimpinan Seorang Khalifah

1166

 “Apa saja perkataan yang keluar dari hati itulah yang akan turun (mempengaruhi) ke hati orang lain” Mirza Ghulam Ahmad

Sebaris kalimat di atas, begitu mengingatkan pada kata – kata yang begitu ramah di telinga yaitu, dari hati akan sampai ke hati. Ya, tanpa disadari, ketika seseorang tak hanya sekedar berbicara, namun berbicara dari dalam hati, rasanya akan begitu mengena ke dalam hati juga. Ucapannya akan terngiang, hingga akan menjadi magnet untuk dapat diaplikasikan. Mungkin, ini yang tengah dirasakan oleh para pengikut Jemaat Muslim Ahmadiyah, Ketika Sang Khalifah menyampaikan nasihatnya hingga arahannya, dengan penuh ketaatan mereka mengikutinya. Sang Khalifah berbicara dari hati, dan begitu menyentuh qalbu para pengikutnya, hingga membuat pengikutnya berupaya lebih baik sesuai dengan nasihat beberkahnya.

Tak sekedar dari hati, Sang Khalifah, juga Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah pun mendapat tuntunan yang khas dari Allah Taala. Sejatinya, apa yang disampaikan mereka tak pernah lepas dari Firman Allah Taala dan Sabda Rasulullah Saw. Apa yang dicontohkan pun, sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Sang Uswatun Hasanah Rasulullah Saw. Sehingga tak pelak, Khilafat Jemaat Muslim Ahmadiyah hingga saat ini, dengan karunia Allah Taala, telah berdiri selama 113 tahun. Ya, semua ini benar – benar tak lepas dari karunia-Nya dan tentunya menjadi ketetapan-Nya.

Dalam lembaga Khilafat Ahmadiyah juga tak dicampuri dengan unsur duniawi. Tentunya, tak ada tujuan untuk menaklukan sebuah teritori. Mungkin kata khalifah dan khilafat saat ini menjadi momok, seolah menjadi hal yang tabu dan seolah bersebrangan dengan pemerintah. Namun berbeda dengan Khalifah Ahmadiyah, yang dari semenjak berdiri pada tahun 1908 hingga terus berlangsung senantiasa mendoakan, memberikan nasihat, hingga mengarahkan pengikutnya untuk senantiasa berada di jalan yang Allah Swt inginkan  tanpa menggangu urusannya sebagai warga Negara di tempat mereka berpijak.

Para pengikut Jemaat Muslim Ahmadiyah senantiasa diarahkan oleh Khalifahnya, untuk senantiasa taat kepada pemerintah. Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam Surah An Nisa ayat 59 yang artinya “taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan ulil amri”. Ya, Muslim Ahmadi senantiasa diperintahkan Sang Khalifah untuk taat kepada pemerintah di masing – masing negaranya.

Hz. Mirza Masroor Ahmad, sebagai Khalifah Muslim Ahmadiyah yang ke-5, senantiasa menasihatkan akan ketaatan kepada pemerintah harus ditegakkan, tanpa mengenal suku, ras, bahkan agama. Karena memang, maksud dari “ulil amri minkum” pun bukan hanya pemerintah Muslim saja. Karena maksud dari ‘minkum’ dalam ayat tersebut, bukan berarti orang yang sama agamanya, tetapi orang diantara manusia yang ditunjuk sebagai pemimpin. Pemimpin di negara manapun, dimana seorang Muslim Ahmadiyah berpijak, disitulah dia harus taat kepada pemimpin pemerintahannya. Jadi, Khalifah Ahmadiyah tidak sedikitpun mengganggu hal – hal yang berkenaan dengan teritori para pengikutnya. Justru, kerohanian para pengikutnyalah yang senantiasa beliau berikan pencerahan juga bimbingan.

Berikut apa yang dinasihatkan oleh Mirza Masroor Ahmad:

“Umat Muslim yang lain berkeinginan untuk mendirikan Khilafat, namun mereka melakukannya dengan upaya duniawi yang mana upaya itu tidak akan bisa memberikan manfaat bagi mereka dan tidak juga Khilafat seperti itu akan dapat berdiri, seberapapun besarnya upaya yang mereka lakukan. Khilafat akan berlangsung sesuai dengan ketetapan Allah Ta’ala.”

Ketetapan Allah Taala begitu terasa dalam lembaga Khilafat Ahmadiyah. Karenanya, saya bersyukur sebagai pengikut Ahmadiyah yang senantiasa dibimbing, diayomi, juga dinasihati oleh Khalifah Sang Pemimpin Rohani. Maka nikmat mana lagi yang kamu dustakan?


Penulis                                 :

Mutia Siddiqa Muhsin


Sumber Gambar               :

 https://twitter.com/newsmta/status/1265647370836103168


Referensi                            :

https://ahmadiyah.id/khotbah/2016-01-01-Tahun-2016-dan-Tanggung-Jawab-Kita#_ftnref7