Bersama Islam Ahmadiyah, kumantapkan langkahku untuk berhijrah. Mungkin teman-teman heran, bagaimana kita bisa hijrah bersama Ahmadiyah. Bukankah Ahmadiyah sudah difatwakan oleh MUI sebagai organisasi yang sesat? Tapi setelah kupikir, aku berhijrah untuk Allah, bukan untuk MUI. Setelah mengamati rutinitas anggota Ahmadiyah, aku yakin aku bisa berhijrah di jalan Allah Ta’ala melalui Ahmadiyah.
Pengamatanku ini merupakan hasil dari mengikuti program Live In Ahmadiyah di Manislor, Kuningan. Di program ini, aku bisa tinggal selama 3 hari dua malam bersama para anggota Ahmadiyah. Selama program, aku banyak mengenal apa itu Ahmadiyah. Ternyata, Ahmadiyah itu sama dengan organisasi muslim lainnya. Mereka bersyahadat, sholat, bayar zakat, melakukan puasa dan berhaji ke Mekkah .
Tapi ada sesuatu yang membedakan Ahmadiyah dengan ormas Islam yang lain. Pertama adalah sumber pendanaan. Sumber pendanaan Ahmadiyah adalah murni dari anggota sendiri yang mereka sisihkan tiap bulannya. Mereka tidak mendapatkan bantuan apapun dari pihak eksternal, seperti negara-negara tertentu. Tentu saja ini luar biasa, mengingat Ahmadiyah memiliki satelit dan TV sendiri bernama Muslim Television Ahmadiyya (MTA). Satu ormas bisa punya satelit sendiri hanya dari sumbangan anggotanya merupakan hal yang akan sulit ditemukan dimana pun. Namun, bukan satelitnya yang membuatku terpesona. Melainkan jiwa pengorbanan para anggota untuk menyisihkan pendapatannya secara rutin tiap bulan. Dari sini ku melihat bagaimana kita bisa belajar untuk melepaskan kecintaan kepada dunia dan meningkatkan kecintaan pada akhirat.
Yang kedua adalah kebiasaan tahajjud. Selama 3 hari dua malam ini, aku mengikuti qiyamul lail atau sholat tahajjud berjama’ah. Saya tahu bahwa sholat tahajjud adalah sholat sunnah yang tertinggi derajatnya dibandingkan sholat sunnah lainnya. Tapi, secara khusus Ahmadiyah membiasakan para anggotanya untuk sholat tahajjud. Karena hal ini terdapat di salah satu syarat untuk menjadi anggota Ahmadiyah, yakni “akan senantiasa mendirikan sholat tahajjud”. Sehingga, setiap ada acara Ahmadiyah yang memakan waktu lebih dari satu hari, biasanya mereka akan mengadakan sholat tahajjud dan subuh berjama’ah di Masjid. Program ini benar-benar mulia, karena sholat tahajjud dapat menempatkan kita ke tempat terpuji. Dari sini ku melihat bagaimana Ahmadiyah dengan tulus membimbing para anggotanya untuk mendapatkan tempat terpuji di sisiNya.
Di hari terakhir, hatiku semakin yakin bahwa Ahmadiyah merupakan tempat yang cocok apabila ingin berhijrah dan meningkatkan ketakwaan. Tetapi hatiku sempat bertanya, ada banyak orang rajin sholat sunnah, atau puasa senin kamis, mengapa aku harus masuk Ahmadiyah?. Pertanyaan ini kutanyakan pada seorang ustadz Ahmadiyah. Beliau menjawab, karena Rasulullah SAW memerintahkan umat muslim untuk berba’iat kepada Imam Mahdi apabila kita melihatnya. Mendengar jawaban itu, ku mengingat hadis ini:
“Jika kalian melihatnya, maka ba’iatlah dia! Walaupun dengan merangkak di atas salju, karena sesungguhnya dia adalah khalifah Allah al-Mahdi.” (HR. Ibn Majah 4222).
Hatikupun sebenarnya belum yakin, benarkah Mirza Ghulam Ahmad (Hadrhat Ahmad) adalah Imam Mahdi yang dijanjikan. Benarkah Allah yang mengutusnya? Bagaimana kalau salah? Bagaimana kalau fatwa MUI tentang Ahmadiyah itu benar? Hatiku bimbang tak menentu. Ditengah kebimbangan itu, tiba-tiba Pak Mubaligh menyampiriku. Dia berkata,
“Nak, jika bingung, sholat Istikharah saja. Mintalah petunjuk pada Allah mengenai Hadhrat Ahmad. In syaa Allah, Dia akan menuntunmu ke jalan-Nya yang lurus”, jelas beliau.
Baik pak, In syaa Allah akan saya laksanakan sholat Istikharah”, jawabku dengan sedikit ragu. Dimalam hari, hatiku pun semakin tak karuan. Diriku belum pernah melakuakn sholat Istikharah. Lalu kubukalah Google dan mencari kata kunci “istikharah”. Kulihat banyak cara untuk melakukan istikharah. Ternyata cukup sederhana. Lantas, kucoba mencari dengan kata kunci “istikharah Ahmadiyah”. Akhirnya ku menemukan cerita orang-orang yang masuk Ahmadiyah. Salah satu cerita menarik adalah dari indonesia sendiri. Dikutip dari ahmadiyah.id:
“Amir Sahib Indonesia telah menulis, “Dedi Sunarya Sahib anggota Jemaat Muslim Ahmadiyah Cianjur. Beliau tahu tentang Jemaat Ahmadiyah pada tahun 2006, dan mulai mempelajari buku-buku Jema’at. Buku yang sangat beliau sukai adalah Filsafat Ajaran Islam karya Hadhrat Ahmad. Setelah membaca buku-buku Jema’at itu hati beliau masih tetap ragu untuk masuk Ahmadiyah. Pada suatu hari dikatakan kepada beliau untuk sholat Istikharah. Maka beliau pun melakukannya sambil banyak memanjatkan do’a. Maka pada bulan Februari 2008 didalam mimpi beliau bertemu dengan seorang yang gagah berpakaian putih yang sedang membaca kalimat syahadat ‘Asyhadu Alla ilaha ilallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah, Ahmadiyah benar sesungguhnya kamu telah memperoleh Lailatul qadar dan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad adalah Imam Mahdi’. Beliau sering sekali melihat kasyaf seperti itu. Akhirnya beliau bersama keluarga masuk Jema’at Muslim Ahmadiyah pada tahun 2008.”
Hatiku mantap melakukan Istikharah. Niatku untuk bersholat Istikharah adalah untuk meraih ridho Allah, mencari kebenaran atas Hadhrat Ahmad. Mungkin saja Allah membuka jalan untuk berhijrah dan meningkatkan ketakwaanku dengan bergabung di bawah Jema’at Imam Mahdi.
Oleh : Murid Ahmadi
Sumber : https://ahmadiyah.id/khotbah/kisah-orang-yang-masuk-islam-melalui-ahmadiyah
Sumber Gambar : islamidia.com