Menerima Ahmadiyah Karena Bertemu Rasulullah

1634

Mendengar kisah orang masuk Islam karena mimpi mungkin sudah biasa. Tetapi apakah ada kisah orang masuk Ahmadiyah karena mimpi, bahkan mimpi bertemu Rasulullah SAW? Jika direnungkan memang rasanya tidak mungkin, karena Ahmadiyah adalah kelompok yang banyak ulama katakan bahwa mereka adalah kelompok adalah tidak mengikuti jalan yang lurus. 

Kisah-kisah orang masuk suatu agama memang banyak, tidak hanya dimonopoli oleh agama Islam. Misalnya saja kisah Nabil Qureshi, mantan muslim yang akhirnya masuk Kristen karena dia mendapatkan petunjuk dari Tuhan lewat mimpinya. Dia meminta mimpi yang membuat dia masuk Kristen, kemudian dia bermimpi[1]:

Aku berdiri di depan sebuah pintu sempit. Belum di pintu, tetapi ujung jari kakiku berada pada garis pintu. Pintunya sempit, lebarnya hanya sekitar tiga kaki. Cukup luas bagiku, tingginya sekitar lima sampai enam kaki. Cukup tinggi bagiku untuk lewat. Yang kulihat itu bukan hanya pintu tetapi sebuah lorong yang ukuran tinggi dan lebarnya seperti pintu. Di ujung yang satunya ada temanku David yang sedang duduk di sebelah sebuah meja. Di dalam ruangan itu ada ratusan orang yang juga memiliki meja. Ada makanan di depan mereka dan mereka sudah siap makan tetapi mereka belum mulai makan sama sekali. Mereka seperti menunggu seorang pembicara untuk memulai acara apapun itu dan menutup pintu untuk memulai kegiatan.”

Kemudian, Nabil merasa  bahwa dalam mimpi itu dia berada di dalam Kerajaan Tuhan, dan orang-orang yang sedang menunggu itu artinya dia sedang menunggu Nabil untuk masuk Kristen. Akhirnya, dia pun masuk Kristen. Perlu diperhatikan, disini Nabil memang berkeiinginan untuk mendapatkan mimpi yang mengarahkan dia untuk masuk Kristen. Freud, seorang ahli psikoanalisis menjelaskan bahwa mimpi itu  mencermikan hasrat, keiinginan, atau motivasi yang tertanam di dalam alam bawah sadar kita[2]. Disini kita bisa ambil kesimpulan bahwa ada kemungkinan mimpi Nabil tersebut berasal dari pikiran sendiri. Karena dia memang ingin sekali masuk Kristen.  

Dalam Islam sendiri, seorang yang bermimpi bisa memiliki beberapa arti. Rasulullah SAW bersabda[3] “Mimpi itu ada tiga. Mimpi baik yang merupakan kabar gembira dari Allah, mimpi karena bawaan pikiran seseorang (ketika terjaga), dan mimpi menyedihkan yang datang dari setan. Jika kalian mimpi sesuatu yang tak kalian senangi, maka jangan kalian ceritakan pada siapa pun, berdirilah dan shalatlah!” (HR Muslim).

Dapat diperhatikan bahwa ciri mimpi yang kedua sesuai dengan yang disampaikan oleh Freud yaitu mimpi bisa jadi berasal dari pikiran kita sendiri. Ketika kita senang, kita bisa bermimpi hal yang baik dan ketika kita sedang stress atau depresi, maka kita bisa mendapat mimpi buruk. Tipe mimpi yang pertama ini harus tentunya harus ditafsirkan dengan konteks apa itu kabar gembira menurut Islam. Tentu saja, kabar gembira tersebut harus sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Allah sendiri melalui Al Quran. 

Kembali ke dalam permasalahan di awal, apakah mimpi baik tentang Islam Ahmadiyah ini merupakan berdasarkan keiinginan pribadi atau kabar baik dari Allah Ta’ala. Yang pertama, apakah ajaran Islam Ahmadiyah itu sudah sesuai dengan Al Quran atau tidak? Hal ini tidak akan dibahas di artikel ini. Yang jelas, semua ajaran islam Ahmadiyah itu berasal dari Al Quran dan apa-apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Memang mungkin mereka memiliki perbedaan tafsir, tetapi perbedaan tafsir tidak akan membuat seseorang menjadi murtad atau keluar dari Islam.

Yang kedua, apakah mimpi baik itu merupakan keiinginan pribadi sang pemimpi? Mirza Ghulam Ahmad, pendiri Islam Ahmadiyah, sudah meminta langsung kepada setiap orang yang ingin menguji kebenaran pengakuan beliau sebagai Imam Mahdi dan Almasih yang dijanjikan untuk melakukan Istikharah. Istikharah adalah salah satu cara dalam Islam untuk meminta kebaikan kepada Allah berupa petunjuk yang mengarahkan kepada kebenaran. 

Sehingga, mimpi-mimpi yang baik tentang Islam Ahmadiyah ini bisa jadi datang sebagai kabar baik dari Allah Ta’ala. Syaratnya, sang pemimpi harus berniat untuk meminta petunjuk Allah mengenai kebenaran pendakwaan Mirza Ghulam Ahmad (melalui istikharah). Sama sekali bukan beniat untuk masuk Islam Ahmadiyah. Yang kedua, ajaran akidah Islam Ahmadiyah ini tidak bertentangan dengan apa yang diajarkan Al Quran dan Rasulullah SAW.

Para pembaca boleh saja berkata bahwa karena ahmadiyah itu tidak sesuai ajaran Al Quran, tidak mungkin mimpi-mimpi yang baik itu datang dari Allah, tetapi datang dari setan. Sesuai dengan tipe mimpi ketiga yang telah dijabarkan Rasulullah SAW. Tetapi perlu diingat, Rasulullah SAW sendiri bersabda siapa yang bermimpi berjumpa dengan beliau, pasti itu adalah Rasulullah SAW. Karena setan tidak bisa menjelma menjadi diri beliau. Jika ada mimpi baik tentang ahmadiyah, dimana Rasulullah SAW hadir dalam mimpi tersebut, artinya ini merupakan kabar baik dari Allah Ta’ala, bukan mimpi dari setan. 

Belajar dari banyaknya kisah orang masuk agama tertentu karena mimpi, sepertinya kita bisa menyimpulkan bahwa mimpi tidak bisa dijadikan acuan atau landasan bahwa agama tersebut benar. Mimpi sendiri bisa datang keadaan lingkungan atau psikologis sendiri. Misalnya, jika kita sedang stress atau depresi, ada kemungkinan kita akan mengalami mimpi buruk.

Tetapi khusus di dalam Islam, Ketika Rasulullah SAW hadir dalam mimpi, artinya itu adalah kabar baik dari Allah Ta’ala. Berdasarkan kisah mimpi tentang kebenaran Mirza Ghulam Ahmad, dapat dipastikan bahwa beliau adalah Imam Mahdi dan Almasih yang dijanjikan[4][5]. Siapapun yang menolak kebenaran ini, artinya dia mengetahui ada mimpi lain dimana Rasulullah SAW mengabarkan bahwa Ahmadiyah itu tidak benar dan mimpi ini didapatkan dengan niat untuk meminta petunjuk Allah Ta’ala, bukan dengan niat ingin membuktikan bahwa Ahmadiyah itu salah. InsyaAllah, tidak akan ada mimpi seperti ini.


Penulis : Murid Ahmadi

Referensi