Bagi saya menarik sekali topik mengenai seorang wanita yang berpendidikan tinggi dan yang hanya mengenyam pendidikan dasar. Banyak sekali pendapat yang menyanggah ataupun yang mendukung pernyataan tersebut. Ada yang bilang,”tidak usah sekolah tinggi, seorang perempuan ujung-ujungnya ngulek didapur.” Dan di pihak lain, “Seorang wanita perlu ko sekolah tinggi. Karena pengalaman, wawasan, ilmu dan pemikirannya akan lebih luas. Apalagi dalam kemajuan globalisasi ini.” Menarik ya?
Menelisik sejarah bangsa Indonesia dalam melahirkan pahlawan-pahlawan Nasional, ada salah satu Pahlawan Wanita yang menginspirasi wanita Indonesia lainnya supaya memiliki pola pikir yang berkembang, yang tidak hanya mau “dipingit” dan “menunggu lamaran” saja. Pahlawan Wanita tersebut adalah R.A. Kartini. Siapa yang tak kenal tokoh Pahlawan Emansipasi Wanita ini? Mendirikan Sekolah Wanita pertama, ketika tekanan dan diskriminasi terhadap kaum wanita pribumi oleh penjajah Belanda sangat kuat.
R.A Kartini kala itu hanya mengenyam pendidikan dasar sampai umur beliau 12 tahun di ELS (Europese Lagere School) . Setelah itu beliau dipingit dan tidak diberikan izin untuk melanjutkan pendidikannya, meskipun keinginan beliau untuk melanjutkan sekolahnya sangat kuat.
Namun karena tekad beliau yang kuat dalam memajukan pola pikir wanita pribumi serta berbekal Kemampuan Berbahasa Belanda yang telah diterimanya, beliau tidak lantas menyerah. Beliau banyak membaca buku, surat kabar, hingga majalah Eropa. Di sini pulalah titik permulaan beliau ingin memajukan pola pikir wanita pribumi karena beliau tertarik dengan pola pikir wanita Eropa yang sudah maju. Sedangkan pada saat itu status sosial wanita pribumi masih sangat rendah. Hasilnya beliau mampu menuliskan opini-opini beliau dan sering bertukar surat dengan sahabat-sahabatnya di Belanda. Buah karya beliau pun dimuat dalam salah satu majalah Belanda (De Hollandsche Lelie).
Setelah R.A Kartini dipinang oleh R.M.A.A Singgih Djojo Adhiningrat (yang kala itu menjabat sebagai Bupati Rembang) pun, beliau mendapatkan kesempatan untuk mendirikan Sekolah Wanita karena didukung penuh oleh suaminya. Pada saat itu, Sekolah Wanita tersebut memiliki jumlah Murid 9 orang. Disusul dengan didirikannya beberapa sekolah di Pulau Jawa (1912) sebagai bentuk menghargai dan menghormati kegigihan beliau (setelah kewafatan beliau, 1904).
R.A. Kartini menjadi Pahlawan Nasional karena dedikasi beliau dalam melawan diskriminasi yang dilakukan oleh Pemerintahan Kolonial Belanda dan kesewenangannya terhadap rakyat pribumi. Surat-surat beliau yang dikirimkan untuk sahabat-sahabatnya di Belanda mampu menggugah pemikiran masyarakat Belanda. Sehingga mereka dapat mengubah pandangan mereka terhadap wanita Pribumi. Karya tulis beliau diterbitkan dalam sebuah buku berjudul Habis Gelap, Terbitlah terang.
Boleh saya katakan bahwa sejarah R.A. Kartini dalam memperjuangkan Hak dan Persamaan Wanita ini sangat indah. Beliau tidak menyerah dalam mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuannya dengan keadaan terbatas. Keadaan itu sekarang sudahlah berubah. Zaman sekarang, di mana saja, kapan saja kita bisa memperoleh ilmu pengetahuan, memperluas wawasan dan menuliskan pemikiran-pemikiran kita.
Tidak ada kata terlambat atau larangan bagi kaum wanita untuk menuntut ilmu. Menuntut Ilmu bagi kaum wanita adalah suatu kewajiban!
Sebagai seorang wanita, ada peran dan bagian yang khusus dalam memajukan suatu bangsa atau keluarga (dalam sekup komunitas terkecil). Wanitalah yang akan melahirkan pemimpin-pemimpin baru yang cerdas. Wanita pula yang akan mendampingi pemimpin-pemimpin ini supaya tetap arif dan bijaksana.
Pengaruh seorang wanita dalam keluarga sangatlah penting. Wanita ini harus tau adab, ilmu pengetahuan dan kecakapan apa yang akan diajarkan kepada manusia-manusia baru yang ia lahirkan. Wanita perlu mencari ilmu! Wanita perlu mengetahui hak dan kewajibannya sebagai seorang anak, istri dan seorang ibu. Wanita perlu mendalami Ilmu Agama dan Ilmu dunia. Seperti apa yang pernah Rasulullah SAW sabdakan :
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ
Artinya : ”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)
Senada dengan hadist ini, Hazrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifah Muslim Ahmadiyah pun berpesan kepada para pelajar atau mahasiswi Ahmadi:
“Para anggota Ahmadi sudah ditakdirkan untuk meraih kesuksesan. Maka dari itu, Tingkatkanlah ambisimu, lalu bekerja keraslah untuk mencapainya. Jika kamu berkerja keras, Allah pasti akan membantumu. Allah Ta’ala akan memberikan kesuksesan kepada siapa yang berdoa dan bekerja keras. Sebaliknya, takdir Allah juga ialah Dia tidak akan memberikan kesuksesan kepada siapapun yang malas.”
Tidak akan ada hal yang sia-sia ketika wanita berniat menuntut ilmu dan kemudian mengamalkannya. Tidak akan ada hal yang percuma ketika wanita berhasil mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Kemudian tidak akan muncul lagi pertanyaan , untuk apa?
Sebab hal tersebut jelas untuk mencetak cendikiawan baru, pemimpin baru, profesor baru, dokter baru, guru baru dan banyak lagi yang lainnya.
Penulis : Adinda Firdhausya Z