Baru-baru ini, Microsoft merilis hasil survei 2020 Digital Civility Index. Survei ini dilakukan untuk mengupayakan interaksi di internet agar lebih terasa nyaman dan menggunakan etika sopan santun yang baik dan benar. Singkat nya, digital civility in bisa diartikan sebagai etika bersopan santun ,tatak rama dan perilaku seseorang ketika berkomunikasi atau menuliskan sesuatu di internet. Contoh di kehidupan nyata adalah ketika orang tua mengajarkan anak nya untuk tidak berkata kasar atau mengetuk pintu terlebih dahulu ketika berkunjung ke rumah seseorang.
Masyarakat Indonesia termasuk masyarakat yang sudah melek internet. Survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2020 menunjukkan bahwa penetrasi internet mencapai 73,7% dari total penduduk, atau setara dengan 196,7 juta penduduk Indonesia[1]. Sayangnya, tingginya penetrasi internet di penduduk Indonesia ini tidak membuat netizen Indonesia menunjukan jati dirinya sebagai bangsa yang sopan.
Menurut survei dari Microsoft, Indonesia menempati tingkat ke 26 se-Asia Tenggara. Kabar hoax, berita bohong dan penipuan adalah salah satu dari beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kebencian dan perpecahan di antara netizen Indonesia. 47% pengisi survei menjawab mereka pernah terlibat dalam bullying. Namun di hasil survei ini ada hal baik nya juga. 4 dari 10 penjawab survei menjawab mereka menyaksikan kesopanan di internet menjadi lebih baik dalam masa pandemik ini. [[2]] Artinya, mereka melihat hal positif seperti menolong sesama dan rasa kekeluargaan lebih terasa di masa pandemik ini.
Namun sayangnya, banyak berita di internet yang lebih menyoroti netizen Indonesia menyerang instagram Microsoft dengan komentar kasar sampai-sampai Microsoft mematikan kolom komentar di Instagramnya dari tanggal 18 Februari hingga tanggal 26 Februari.[[3]] Tidak jelas alasannya mengapa Microsoft melakukan hal itu.
Microsoft memberikan solusi kepada netizen bagaimana caranya supaya beretika lebih baik di internet yang dinamakan Digital Civility Challenge. Dengan kata lain, empat hal tersebut merupakan sebuah ‘catatan’ yang harus netizen perhatikan ketika berinteraksi di internet.
Yang pertama adalah berjanji untuk memiliki empati, rasa kasih sayang dan kebaikan setiap kali berinteraksi dan memperlakukan semua orang dengan sopan dan hormat. Kedua, para netizen diajak untuk berjanji supaya menghargai perbedaan pendapat. Ketika tidak setuju dengan sesuatu, mereka harus merespon dengan tenang dan tidak boleh menghina orang yang tidak mereka setujui. Ketiga, berhenti sejenak sebelum menjawab sesuatu. Lebih jelasnya lagi, kita harus berpikir dengan sangat jernih sebelum merespon sesuatu yang bertentangan dengan pendapat kita sendiri. Kita juga tidak boleh mem post atau mengirim sesuatu informasi yang bisa menyakiti seseorang, merusak reputasi atau menganggu keselamatan seseorang. Yang keempat adalah membela diri sendiri dan orang lain. Warganet diajak untuk berjanji akan memberi tahu seseorang jika dirinya merasa tidak aman, menawarkan dukungan kepada mereka yang menjadi sasaran pelecehan atau bullying online, melaporkan aktivitas yang mengancam keselamatan siapa pun. [[4]]
Tahun 1898 dalam sebuah buku nya, pendiri Jemaat Ahmadiyah, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (Hazrat Ahmad) menjabarkan etika berinteraksi yang harus manusia lakukan pada sesama nya. Beliau menuliskan: “Jangan mengumbar kebohongan, jangan menciptakan kedustaan dan jangan menyakiti siapa pun.” [[5]] Prinsip inilah yang diterapkan oleh setiap Ahmadi (anggota Ahmadiyah) dalam bersosialisasi dengan masyarakat, di dunia nyata maupun maya. Menariknya,wejangan emas dari sang Imam Mahdi ini sudah hadir seratus tahun sebelum Google hadir meramaikan dunia maya pada tahun 1998.[[6]] Kami harap setiap netizen Indonesia bisa dan mau menerapkan prinsip ini.
Oleh: Khalida Jamilah
Referensi:
[1] Netizen Indonesia Tak Beretika, Menkominfo Bentuk Komite Etika – Telenews Netizen Indonesia Tak Beretika, Menkominfo Bentuk Komite Etika – Telenews
[[3]] Akun Instagram Microsoft
[[4]] “Digital Civility Challenge”. https://www.microsoft.com/en-us/digital-skills/digital-civility?activetab=dci_reports%3aprimaryr4#coreui-areaheading-ywbymfs
[[5]] Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (as). Kashful Ghita, Qadian, Ziaul Islam Press. 1898
[[6]]https://tirto.id/sejarah-dan-fakta-internet-yang-kini-menguasai-dunia-eeV9
Sumber Gambar : https://www.google.com/url?sa=i&url=http%3A%2F%2Fiibroh.blogspot.com%2F2013%2F08%2Ftinjauan-100-tahun-khilafah-ahmadiah.html&psig=AOvVaw0401yVTulDz58th-1yp5-i&ust=1615602162182000&source=images&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCNjvlZnZqe8CFQAAAAAdAAAAABAD