Saya yakin di antara kita sudah mengetahui keistimewaan waktu Subuh. Hari ini ada baiknya kita melihat waktu Subuh dengan kacamata yang lain, yaitu dari bahaya waktu Subuh bila kita tidak dapat memanfaatkannya.
Allah bersumpah dalam QS Al- Fajr : “Demi fajar (waktu Subuh)”. Kemudian dalam A-l Falaq Allah mengingatkan: “Katakanlah! Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai waktu subuh”.
Falaq berarti fajar ; neraka ; seluruh makhluk (Lane). Maka seorang Muslim diperintahkan agar berdoa :
- Bila malam kegelapan yang meliputi Islam telah lewat dan fajar hari depan yang gemilang telah menyingsing, hendaklah mataharinya bersinar terus hingga mencapai puncaknya pada tengah hari
- Semoga Tuhan melindunginya dari kejahatan yang ditimbulkan oleh segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya, baik yang nyata maupun yang tersembunyi, termasuk pengaruh buruk turun-temurun, lingkungan jahat, pendidikan tidak sempurna, dan sebagainya.
- Supaya Tuhan menyelamatkannya dari siksaan neraka di dunia ini maupun di akhirat. [1]
Siapa di antara kita yang tidak tahu bahwa mengerjakan shalat adalah kewajiban bagi umat Islam. Al-Quran telah menarik perhatian kita ke arah itu di berbagai tempat dengan menjelaskan pentingnya ibadah shalat ini. Menurut Nabi Muhammad saw, shalat adalah inti ibadah.[2] Beliau saw bersabda bahwa meninggalkan shalat membuat seseorang lebih dekat dengan kekafiran dan penyembahan berhala.[3] Kemudian Nabi saw bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ
“Sesungguhnya amal perbuatan seorang hamba yang pertama kali akan dihisab (dimintai pertangungjawaban, penilaian) pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi…[4]
Seorang beriman sejati tidak hanya sekedar mengerjakan shalat saja, melainkan ia harus mengerjakan shalat untuk menghapus korosi spiritual (karat-karat rohaniah). Sebagaimana Nabi Muhammad saw menjelaskan
dengan sebuah contoh,
أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَىْءٌ
“Bagaimana pendapat kalian seandainya di depan pintu seorang dari kalian terdapat sebuah sungai. Setiap hari ia mandi lima kali di dalamnya. Apakah masih ada kotoran yang melekat di tubuhnya?”
Para Sahabat beliau saw menjawab, “Wahai Rasulullah, tidak ada jejak kotoran akan ditinggalkan!” Atas hal ini, Rasulullah saw bersabda:
بِهِنَّ الْخَطَايَا فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ
“Itulah perumpamaan shalat lima waktu. Dengannya Allah menghilangkan dosa dan menghilangkan kelemahan, ‘’[5] dengan demikian, tidak tersisa sedikit pun karat rohaniah pada jiwa seorang yang shalat lima waktu. Salah satu syarat untuk hal itu adalah shalat berjamaah pada waktu subuh.
Ada apa di balik waktu Subuh? Mengapa Allah bersumpah demi waktu Subuh? Mengapa harus berlindung kepada yang menguasai waktu Subuh? Apakah waktu Subuh sangat berbahaya?
Ya, ternyata waktu Subuh benar-benar sangat berbahaya!
Waktu Subuh lebih kejam dari sekawanan perampok bersenjata api.
Waktu Subuh lebih menyengsarakan dari derita kemiskinan.
Waktu Subuh lebih berbahaya dari kobaran api yang disiram bensin…
Jika ada sekawanan perampok menyatroni rumah anda, dan mengambil paksa semua barang anda. Emas dan semua perhiasan digondolnya. Uang cash puluhan juta ditilepnya. Laptop, yang berisi data-data penting anda juga diembatnya. Eh, mobil yang belum lunas juga digasaknya. Bagaimana rasa pedih hati anda menerima kenyataan ini?[6]
Ketahuilah, bahwa waktu Subuh lebih kejam dari perampok itu. Karena jika anda tertindas sang waktu Subuh sampai melalaikan shalat fajar, maka anda akan menderita kerugian lebih besar dari sekedar laptop dan mobil. Anda kehilangan dunia dan segala isinya.
Ingat, “Dua rakaat fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya” (HR Muslim).
Waktu Subuh juga lebih menyengsarakan dari sekedar kemiskinan dunia karena bagi orang-orang yang tergilas waktu Subuh hingga mengabaikan shalat Subuh berjamaah di masjid, maka hakikatnya, merekalah orang-orang miskin sejati yang hanya mendapatkan upah 1/150 (0,7%) saja pahala shalatnya.
“…dan barangsiapa yang shalat Subuh berjamaah, maka ia bagaikan shalat semalam suntuk” (HR Muslim).
Shalat semalam suntuk adalah shalat yang dikerjakan mulai dari tenggelamnya matahari sampai terbit fajar. Fantastis! Shalat selama sepuluh jam…, atau kurang lebih 150 kali shalat! Betapa agung fadilah shalat Subuh berjamaah ini. Betapa malangnya orang yang tergilas waktu Subuh, orang-orang yang mengabaikan shalat subuh berjamaah di masjid.
Waktu Subuh juga lebih berbahaya dari kobaran api yang disiram bensin. Mengapa demikian? Tahukah anda bahwa nabi menyetarakan dengan orang munafik bagi yang tidak mampu melaksanakan shalat Subuh berjamaah?
“Sesungguhnya tiada yang dirasa berat oleh seorang munafik, kecuali melaksanakan shalat Isya dan shalat Subuh. Sekiranya mereka tahu akan keagungan pahalanya, niscaya mereka bakal mendatanginya (ke masjid, shalat berjamaah) sekalipun harus berjalan merangkak-rangkak” (HR Bukhari Muslim).
Orang yang ‘tergilas waktu Subuh’ sehingga tak mampu mendatangi masjid untuk shalat berjamaah, sesungguhnya adalah orang yang dalam keadaan terancam bahaya, karena dirinya disetarakan dengan orang munafik. Sebab, ancaman bagi orang munafik adalah Neraka Jahanam.
“Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahanam” (An Nisa:140).
Agar kita tidak merasakan ‘gilasan waktu Subuh’ yang lebih kejam dari perampokan, agar kita tidak terkena ‘gilasan waktu Subuh’ yang lebih menyengsarakan dari derita kemiskinan, dan agar kita tidak terkapar ‘gilasan waktu Subuh’ yang lebih berbahaya dari kobaranapi, maka: “Katakanlah! Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai waktu Subuh” (Al-Falaq : 1).
Yaitu dengan memanfaatkan waktu Subuh sebaik-baiknya. Lakukan shalat sunnah (shalat fajar) dan shalat berjamaah di masjid terutama bagi laki-laki.
Lantas, kenapa subuh bisa menggilas kita? Memang, subuh adalah waktu yang paling berat untuk kita beribadah. Tahu kenapa? Subuh adalah waktu yang paling tenang dan sangat pas untuk kita tidur nyenyak mimpi indah. Ditambah subuh merupakan waktu yang cukup dingin, jadi enaklah bagi kita untuk menarik selimut lebih erat lagi.
Seorang yang beribadah ketika menunaikan shalat harus melibatkan semua upaya dan kekuatan fisik dan persepsi untuk mencapai tujuan mencapai kenikmatan dalam shalat. Hal ini membutuhkan kemauan yang lebih kuat. Hanya dengan demikian konsistensi dapat dicapai.
Masih Mau’ud as bersabda, “Maka, ia harus berdoa dalam kemurnian dengan ketulusan sempurna dan bersemangat untuk mencapai kenikmatan tersebut. Perumpamaannya seperti pecandu alkohol tersebut yang dengan taraf kegelisahan dan rasa sakit demi kelezatan mabuknya itu. Jika ia melakukan hal itu, saya katakan dan dengan benar saya katakan dia pasti akan mencapai kenikmatan dalam shalat.”
Seorang yang shalat harus tetap merasa menderita, cemas dan gelisah demi meraih pencapaian kenikmatan dalam shalat dan ia harus mengekspresikan rasa sakitnya dan kecemasannya ini di hadapan Allah sekali dan seterusnya selama shalat.
Jika ia melakukannya, ia pasti akan mencapai kenikmatan dalam shalatnya itu. Jadi upaya mencapai kenikmatan dalam shalat dengan tekad dan tanpa berhenti, pada akhirnya dapat melembutkan hati dan memberikan kenikmatan yang diinginkan. Semoga Allah memungkinkan kita untuk menjalankan Shalat kita dengan ketulusan untuk mencapai ridha-Nya. Semoga Allah menciptakan kesenangan dan kegembiraan dalam shalat kita.Aamiin Allahumma Aamiin
Oleh: Farid Ridwan
Sumber:
[1] Tafsir singkat JAI
[2]Sunan At-Tirmidzi, riwayat Anas ibn Malik menyebutkan «الدُّعَاءُ مُخُّ العِبَادَةِ» ‘ad-du’aa-u mukhul ibaadah’ -“Doa adalah sumsum ibadah.”; Hadits lainnya yang serupa, الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ
[3] Shahih Muslim, Kitab tentang Iman, Jabir bin Abdullah meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, “ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ ” “Seseorang berada diantara Syirk dan kekafiran dengan meninggalkan shalat.”
[4] Sunan Abi Daud no. 864, riwayat Harits bin Qubaishah. Lanjutan Hadits tersebut ialah, “…Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan, ’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.” Dalam riwayat lainnya, ”Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula [dari yang wajib lalu dinilai dari yang nafal].”
[5] Shahih Muslim, Kitab tentang Shalat, Kitab tentang masjid-masjid dan tempat-tempat shalat, bab berjalan ke masjid, no. 667
[6] Islampos
Sumber Gambar: Frantisek Duris on Unsplash